Melihat Jejak 7 Bidadari di Desa Batu Dewa

Jumat 20-03-2015,15:20 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Mulai dari Batu Mandi, Batu Bejemur hingga Batu Berhias Keberadaan benda-benda bersejarah seperti batu, tak terlepas dari mitos maupun legenda yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan keberadaan tiga batu yang berada di Desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, 3 batu tersebut memiliki legenda yang saling keterkaitan. Bagaimana kisahnya? Berikut laporannya; ARI APRIKO, Curup Utara DITEMANI salah seorang sesepuh Desa Batu Dewa, Rahman (90) Bengkulu Ekspress mencoba menggali kisah tentang awal nama Desa Batu Dewa. Nama Batu Dewa diambil dari keberadaan tiga batu yang cukup besar di desa tersebut. Konon ketiga batu tersebut merupakan tempat 7 bidadari yang datang dari Bukit Kaba untuk bermain saat bulan purnama datang. Batu pertama dinamakan batu mandi. Batu ini berada di Dusun II Desa Batu Dewa, tepatnya di belakang rumah Harun Usma. Batu tersebut berada di pinggir aliran Air Duku. Batu tersebut berupa dua batu lempeng yang diletakkan diatas dua batu besar. Dimana dulunya diantara dua batu besar penyangga batu tersebut mengalir air yang dipercaya menjadi tempat madi ke-7 bidadari. Dua batu lempeng tersebut terdapat 11 lubang kecil-kecil dimana, menurut Pak Rahman, lubang-lubang kecil yang berada didua batu tersebut tempat para bidadari meletakkan bedak mereka sesudah mandi. Disamping dua batu lempeng tersebut, terdapat satu batu berukuran sedang yang dipercaya sebagai tempat para bidadari menumbuk bedak mereka. \"Dulunya ada batu untuk menumbuk, namun oleh orang yang jahil, batu tersebut diambil sehingga hilang. Selain bebedak mereka juga Belimau (Keramas) di sini, \" jelas Rahman. Selain bersama Rahman, dalam menggali legenda batu dewa, Bengkulu Ekspress juga ditemani Amirudin (49) anak Juru Kunci Batu Dewa, Wahab, yang sudah meninggal dunia. Menurut Rahman dan Aminuddin, setelah para bidadari mandi dialiran sungai Air Duku, kemudian mereka beranjak menuju Batu Bejemur. Batu Bejemur sendiri berada tak jauh dari Batu mandi hanya berjarak sekitar 50 meter dan masih berada di wilayah Dusun II Desa Batu Dewa. Di batu ini, masyarakat mempercayai para bidadari berjemur setelah mandi di Air Duku. Setelah selesai berjemur mereka menuju Batu Berhias yang berjarak sekitar 200 meter. Batu berhias ini berada di depan rumah milik Toha dan berada di Dusun I Desa Batu Dewa. Dibatu berhias ini para bidadari mempercantik diri dan bermain sebelum kembali lagi ke Bukit Kaba. Keberadaan ketiga batu ini masih sakral khususnya bagi masyarakat Asli Batu Dewa. Banyak cerita cerita menarik dan mistik dari keberadaan ketiga batu tersebut terutama batu mandi. Keberadaan batu mandi dahulunya acap kali dijadikan tempat orang membayar nazar seperti memotong Kambing atau ayam dan sejenisnya jika hazatnya terpenuhi. Sedangkan sisi uniknya dahulu Batu Mandi tersebut akan berusaha dipindahkan saat ada kegiatan ABRI masuk Desa pada tahun 1978. \"Dengan angkuhnya mereka ingin memindahkan batu mandi. Meskipun ada delapan tentara yang berusaha mengangkut batu yang memang ukurannya kecil namun mereka tidak mampu. Hingga akhirnya batu tersebut tetap kokoh hingga saat ini,\" jelas Rahman. Keberadaan ketiga batu tersebut, juga menjadi asal kepercayaan masyarakat Dusun Curup yang tidak memperbolehkan anak gadis maupun bujang mereka untuk mendaki bukit kaba. Karena menurut Kepercayaan masyarakat. Apabila anak gadis atau bujang dari bukit kaba nekat mendaki bukit kaba maka akan hilang atau mati. Meskipun selamat bisa terkena gangguan jiwa. dan kepercaayaan tersebut masih dipegang teguh hingga saat ini Kepercayaan berasal dari cerita dimana, salah satu poyang masayrakat Dusun Curup yaitu didesa Batu Dewa. Poyang tersebut Dikenal dengan sebutan Muning Hilang. Muning hilang yang penasaran akan kecantikan para bidadari dan ingin mengetahui tempat tinggal mereka berusaha mencari ke Bukit Kaba. Namun bukannya menemukan yang ia cari ia justru malah menghilang dan hanya suaranya yang terdengar. Suara itu berpesan agar jangan ada anak bujang atau gadis dari dusun curup yang mendaki bukit kaba. \"Tapi kalau sudah berkeluarga tidak ada halangan untuk mendaki bukit Kaba,\" jelas Rahman. Sayangnya, keberadaan tiga situs bersejarah tersebut terkesan kurang terawat terutama Batu Mandi. Situs Mandi, terkesan dibiarkan bahkan tampak seperti terendam lumpur. Dengan melihat kondisi sekarang Rahman dan Warga Batu Dewa berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong. Keinginan mereka kawasan tersbeut bisa dibangun sebuah taman kecil sebagai pelindung situs bersejarah tersebut. (**)

Tags :
Kategori :

Terkait