Rajin Bekerja dan Tulang Punggung Keluarga
PROFESI tukang sapu di Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota (DKPTK) Kabupaten Bengkulu Selatan (BS) rupanya menjadi primadona di kalangan ibu-ibu di BS.
Pasalnya banyak ibu-ibu berebut untuk menjadi tukang sapu. Bahkan cara dilakukan untuk mendapatkannya hingga tega dengan mengorbankan orang lain. Seperti yang dialami Neti Erlin Sunarti (56), seorang ibu yang rajin bekerja harus dipecat, dan posisinya digantikan orang lain. Berikut laporannya.
===============
ASRIANTO -
Bengkulu Selatan
===============
Neti yang merupakan seorang ibu rumah tangga (IRT), warga Jalan Raja Khalifah RT 3 Kelurahan Kota Medan, Kota Manna, Bengkulu Selatan (BS) sudah lebih dua minggu dipecat dari pekerjaannya sebagai tukang sapu. Namun pemecatan itu tanpa alasan yang jelas.
Padahal ia sudah mengeluti pekerjaan tukang sapu mulai tahun 2010 lalu, dan itu satu-satunya usaha untuk menghidupi keluarganya.
Pemecatan ini pun dirasa aneh, karena Ibu ini tidak malas dan tidak suka membantah perintah atasan.
Beberapa rekan kerjanya yang enggan disebutkan namanya dengan alasan takut terkena imbas hingga pemecatan, kepada BE menuturkan, ibu yang dikaruniai tiga anak itu sudah lama menjanda setelah suaminya tiada.
Neti diberi tugas menyapu jalan di sepanjang Jalan Puyang Sakti, Kota Manna. Setiap pagi selalu bekerja dan tidak pernah absen dalam menjalankan tugasnya.
“Kami tidak tahu kalau Neti dipecat, sebab dirinya tidak pernah cerita. Namun kalaupun dipecat, apa salahnya sebab selama ini dirinya rajin bekerja,” kata beberapa temannya sesama penyapu jalan.
Mereka pun sangat menyayangkan jika Neti dipecat, Sebab Neti tidak ada kepandaian lain, sama seperti mereka. Sehingga mereka pun berharap Neti dapat dipekerjakan kembali agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
“Setahu kami, Ibu Neti itu menghidupi satu anaknya lagi serta satu cucunya. Kasihan dia tidak ada lagi usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” harap mereka.
Sementara itu, Neti setelah dua minggu lalu dipecat dari pekerjaannya, saat ini hanya berdiam diri di rumah.
Dirinya bingung harus mencari pekerjaan apa lagi agar bisa menghasilkan uang. Ditambah lagi saat ini anaknya sedang kuliah yang dipastikan membutuhkan uang.
“Sudah dua minggu ini saya tidak keluar rumah, bingung mau kerja apa, sebab saya tidak punya kepandaian apa-apa. Semenjak dipecat, saya sudah tidak bisa mendatangkan uang lagi, padahal anak saya sedang kuliah dan butuh biaya,” urainya.
Dengan beban berat yang dihadapinya saat ini, Neti pun mengharapkan agar pihak Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota BS dapat mempekerjakannya kembali sebagai tukang sapu jalan. Sebab jika tidak bekerja, maka anaknya itu terancam putus kuliah.
“Uang yang diberikan pada saya oleh Pak Supratman sebesar Rp 2 juta, sampai saat ini belum saya kurangi, sebab saya masih mau bekerja, saya harap Pak Supratman mau mengambil uang yang sudah diberikan kepada saya, serta mempekerjakan saya lagi,” harap Neti.
Sekedar mengingatkan, Neti dipecat oleh Kasi Kebersihan, Supratman, dan diberi pesangon Rp 2 juta tanpa alasan yang jelas. Hanya saja setelah dirinya dipecat, tidak berselang lama, pekerjaannya digantikan oleh orang lain, yakni Sunarsih. Sudah dua minggu ini Sunarsih menjadi penyapu jalan sedangkan dirinya menganggur sebab tidak ada pekerjaan lagi.(**)