Frank Rijkaard disebut-sebut sebagai aktor mengapa Barcelona bisa setangguh seperti saat ini. Tapi ia menolak anggapan itu dan menilai filosofi sepakbola Los Cules sudah terbangun sejak lama.
Rijkaard datang ke Camp Nou di musim panas 2003 dan tanpa gelar di musim pertamanya itu. Barulah di musim 2004-2005 ia mempersembahkan titel La Liga pertama buat Barca setelah terakhir kali juara di tahun 1999.
Tak hanya titel juara, Rijkaard juga membangun fondasi tim tangguh baru yang berisikan nama-nama Ronaldinho, Samuel Eto, Deco, Rafael Marquez dan Ludovic Giuly. Plus menaikkan pemain akademi seperti Xavi Hernandez, Victor Valdes, Andres Iniesta dan Carles Puyol serta Lionel Messi.
Sukses itu kian terpatri di musim keduanya di mana ia mempersembahkan gelar Liga Champions dan mempertahankan trofi La Liga. Setelahnya Barca mulai dikenal sebagai tim yang memperagakan sepakbola indah.
Wajar jika Rijkaard dinilai sebagai awal pembentukan fondasi tim hingga bisa menjelma sebagai Barca yang menakutkan seperti sekarang. Setelah ia lengser di tahun 2008, Pep Guardiola meneruskan dan memberikan 13 trofi selama empat musim kepelatihannya.
Namun, Rijkaard menolak anggapan itu dan menilai filosofi permainan Barca sudah ada sejak dulu sebelum ia melatih. Jika akhirnya ia mampu mencapai sukses di sana itu juga berkat kerja keras para pemain saat itu.
\"Jelas bukan. Saya hanya meneruskannya saya. Jelas saya punya banyak kesuksesan, namun apapun yang saya raih adalah berkat usaha keras dari seluruh pemain,\" ujar Rijkaard di situs resmi FIFA.
\"Saya harus bilang bahwa saya harus punya hubungan yang baik dengan para pemain karena jika tidak, maka saya tidak akan memenangi dua titel liga dan Liga Champions,\" lanjut pelatih asal Belanda itu.
\"Pada dasarnya saya berpikir soal fakta itu bahwa Barcelona sudah bertahun-tahun menggunakan para pemain mudanya karena itu adalah filosofi klub itu dan membantu mereka menciptakan budaya sepakbola sendiri.\"
\"Peran pelatih adalah mengaklimatisasi cara bermain. Mudah bagi saya karena saya adalah orang Belanda dan bermain di Ajax, jadi saya merasa nyaman di klub di mana saya punya saat-saat menyenangkan.\"
\"Barcelona tidak langsung mendapatkan hasil dalam semusim. Ketika saya datang mereka tidak memenangi apapun selama lima tahun. Hanya butuh kesabaran dan kepercayaan diri,\" tuntasnya.