HARGA karet di Bengkulu Utara untuk saat ini masih lesu. Kenaikan dari Rp 4000 menjadi Rp 6000 tidak mampu memenuhi kebutuhan petani karet. Sebab, harga wajar karet adalah Rp 12 ribu/ kg.
Dengan turunnya harga karet ini, banyak masyarakat beralih pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti halnya menjadi buruh pemecah batu pada pabrik pemecah batu di Gunung Selan, Arga Makmur.
Seperti halnya dilakoni oleh Harti, warga Tanjung Karet Kecamatan Air Besi menjadi buruh pemecah batu untuk membantu memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya. \"Dulu sebelum karet turun, kita menyadap karet dikebun orang, tapi karena harga karet murah, tukang kebun memilih menyadap sendiri, walaupun masih ada yang mengupahkan, tapi pendapatan berkurang,\" jelasnya.
Selain harga karet yang murah, saat ini juga musim penghujan, jadi menyadap karet tentu tidak bisa dilakukan dimusim penghujan ini. Karena itulah, pihaknya memilih menjadi buruh pemecah batu ini. Karena jika melakukan pekerjaan lainnya, ibu 3 orang anak ini tidak memiliki ijazah. Sebab, ia hanya lulusan SMP. Jadi, mau tidak mau ia harus membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
\" Satu kelenteng batu ini digaji Rp 9 ribu,\" imbuhnya.
Pihaknya mengaku untuk satu hari ia bisa menyelesaikan 3 kelenteng. Itu artinya ia akan mendapatkan gaji sebesar Rp 27 ribu dalam seharinya. Terkadang bisa lebih dari 3 kelenteng untuk satu harinya. Jika ia tidak melakukan pekerjaan memecah batu, maka kehidupan sehari-hari tentu sulit terpenuhi, karena anaknya sedang sekolah di sekolah menengah. \"Jika karet sudah naik lagi harganya, mungkin lebih bagus menyadap karet daripada memecah batu,\" ungkapnya.
Karena itulah, ia berharap hasil perkebunan bisa naik kembali harganya. Sebab, saat BBM naik ini, semua kebutuhan pokok ikut naik, sedangkan penghasilan masyarakat kecil sepertinya tidak bertambah. Bahkan kehidupan semakin sulit. (927)