Bengkulu Usulkan Embarkasi Haji Penuh

Kamis 11-12-2014,10:08 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

BENGKULU, BE- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melakukan kunjungan kerja ke Bengkulu, kemarin. Kunjungan kali pertama Lukman itu hanya berlangsung satu hari kemudian bertolak ke Jakarta pada sore harinya. Kedatangan Menteri Agama disambut Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah, unsur muspida dan sejumlah pejabat di jajaran Kementerian Agama. Kesempatan ini pun tak disia-siakan gubernur untuk membujuk Menteri Agama agar segera memberikan peralihan status embarkasi haji antara Bengkulu, menjadi embarkasi haji penuh. Karena Pemprov tengah melakukan penyusunan Peraturan Daerah (Perda) atas embarkasi haji antara tersebut. Sekaligus tengah mempersiapkan sarana dan prasarana termasuk dengan persiapan perluasan bandara. Perluasan bandara itu telah dianggarkan senilai Rp 4,5 miliar dan  diwacanakan adanya pemindahan pembangunan bandara dari Padang Kemiling Kota Bengkulu ke Desa Padang Pelawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma. Hal yang sama diungkapkan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi Bengkulu, Suardi Abbas. Pemberangkatan haji Provinsi Bengkulu sejak dua tahun terakhir sudah melalui Embarkasi Haji Antara. Ia berharap Menteri Agama segera merealisasikan peralihan status  menjadi Embarkasi Penuh, mengingat jumlah daftar tunggu haji hingga saat ini mencapai 16 ribu pendaftar. \"Waiting list haji kita sampai saat ini sudah 16 ribu pendaftar dengan estimasi keberangkatan sepuluh tahun, \" katanya. Dalam embarkasi haji antara itu, tambah  pria asal Kaur itu, pemerintah pusat telah menganggarkan Rp 60 miliar embarkasi antara hingga tahun 2016 mendatang. Dana itu digunakan untuk revitalisasi embarkasi hingga menjadi embarkasi Haji Penuh.\" Kalau ini terlaksana kami yakin pemberangkatan haji akan lebih optimal,\" beber Suardi. Mendapat usulan itu, Menteri Agama Drs H Lukman Hakim Saifuddin menegaskan akan mengupayakan  pemenuhan status embarkasi haji antara menjadi embarkasi haji dan akan dijadikan prioritas utama untuk realisasianya.  Hanya saja, bagaimana lagi upaya Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk berani melakukan pengembangan sarana dan prasarana seperti  perluasan bandara, dengan begitu  pesawat  dengan berbadan besar dapat masuk ke Bengkulu. \"Jika memungkinkan  bandara bisa dimasuki pesawat berbadan lebar. Kementerian  Agama akan  sangat senang jika Bengkulu bisa menjadi embarkasi haji penuh, dan penduduknya tidak terlalu jauh  transit ke embarkasi haji Padang,\" katanya. Kesiapan bandara ini, beber Lukman, sudah di luar ranah Kemenag melainkan  harus berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, serta sejumlah instansi lainya. \" Jika bandaranya siap, kami dengan senang hati  untuk menjadikan  embarkasi penuh, \" tandasnya. Puji Kerukunan Umat Dalam pembinaan yang dilakukan di jajaran Kemenag, Menteri Agama mennyampaikan ada  3 visinya dalam  peningkatkan kualitas masyarakat beragama, antara lain kualitas kehidupan keagamaan Indonesia yang harus lebih baik, peningkatan kualitas kerukunan, serta kualitas pendidikan antar umat beragama. Ia pun memuji kerukunan antar umat agama di Provinsi Bengkulu dan patut disyukuri. Karena ini bukan sesuatu yang jatuh begitu saja dari langit, melainkan karena usaha bersama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Peran dan keberadaan Kementerian Agama di Indonesia, berbeda dengan keberadaan kementerian yang lainnya karena menurut Lukman bagaimana pun masyarakat Indonesia yang heterogen, baik dari sisi budaya, suku, ras, maupun agama, sesungguhnya disatukan oleh faktor yang tidak dimiliki oleh negara lain.\"Keberadaan agama, berbeda dengan kementerian yang lain, agama  sesungguhnya menjadi perekat kebersamaan dalam masyarakat kita. Dari lahir sampai wafat prosesi keagamaan sudah kental mewarnai, bahkan peraturan di Indonesia kalau kita perhatikan arahnya juga pada aspek keagamaan,\" ungkap Lukman. Oleh karena itu perlunya perhatian yang lebih kepada aspek keagamaan untuk mewujudkan Indonesia yang damai dan jauh dari perpecahan. \"Indonesia dengan segala keberagamaan yang dimiliki harus lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan, sehingga ini jangan menjadi alasan kita untuk menimbulkan konflik atau perpecahan di tengah masyarakat kita,\" tuturnya. Tak berhenti di sana,  Lukman  juga menyinggung budaya kerja birokrasi yang menyebabkan spirit yang hilang dalam sebuah birokrasi karena terjebak dalam rutinitas  yang terjadwal. Supaya tidak terjebak dalam ancaman rutinitas tersebut, ada lima budaya kerja sebagai nilai dasar yang akan terinternalisasi dan termanivestasikan budaya kerja. Lima budaya kerja itu terdiri dari Integritas, profesionalitas, inovasi, tanggungjawab dan Keteladanan, \" Jika kelima  ini dilakukan,  dan dijalankan sesuai perundangan, maka hal-hal yang terjadi sebelumnya dapat terhindar,\" pungkasnya. (247)

Tags :
Kategori :

Terkait