BENGKULU, BE - Jika sebelumnya ratusan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) dan Universitas Bengkulu (Unib) menggelar aksi menolak kenaikan harga BBM, siang kemarin giliran puluhan aktivis dari Universitas Prof Hazairin SH (Unihaz) Bengkulu.
Pendemo mulai mnggelar aksi sekitar pukul 09.30 WIB di bundaran Simpang Lima, Kota Bengkulu. Di tempat ini mereka berorasi menantang keras kebijakan Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM dengan membawa spanduk yang bertuliskan \"BBM Naik Bukan Solusi untuk Bangsa Ini\", Ga Bisa Makan Sembako Mahal\" dan sejumlah spansuk lainya.
Selain itu, mereka juga membawa keranda untuk menggambarkan matinya naluri Jokowi untuk rakyat Indonesia.
Tidak puas di Simpang Lima, para pendemo pun bergerak menuju kantor DPRD Provinsi Bengkulu.
Pendemo yang dikomandoi Romanto inipun berorasi di depan kantor DPRD dengan pengawalan ketat dari aparat kepolisian.
Dalam orasinya, Romanto menyampaikan tuntutannya bahwa tidak ada solusi untuk membantu mengurangi beban hidup masyarakat kecil di Indonesia khususnya di Bengkulu, kecuali dengan menurunkan harga BBM. Terlebih saat ini harga minyak dunia tengah mengalami penurunan, seharusnya juga diturunkan oleh pemerintah.
\"Menaikkan harga BBM ini bukan solusi, karena masih banyak jalan lain yang bisa ditempuh pemerintah untuk mendapatkan anggaran guna menjalankan program,\" katanya.
Tidak lama kemudian, para pendemo ini pun diberi kesempatan untuk masuk ke dalam gedung DPRD dan kedatangannya disambut Ketua Komisi III, H Yurman Hamedi.
Kepada Yurman, pendemo ini meminta dukungan dari DPRD agar menyuarakan aspirasi rakyat kecil tersebut hingga sampai ke pemerintah pusat. Selain itu, mereka juga meminta agar semua anggota DPRD Provinsi Bengkulu ikut bersatu bersama-sama mahasiswa dan masyarakat untuk menolak kenaikan BBM. \"BBM naik hanya akan menyengsarakan rakyat, karena semua harga Sembako melonjak drastis,\" sebutnya.
Dalam kesempatan itu, Yurman sendiri pribadi memastikan bahwa ia merupakan anggota dewan yang juga getol menolak kenaikan BBM itu, namun secara lembaga atas nama DPRD Provinsi Bengkulu ia tidak bisa. Karena ada prosedur yang harus dilalui jika mengatasnamakan lembaga DPRD.
\"Kalau secara pribadi, saya orang yang paling depan menolak kenaikan BBM ini, tapi kalau secara atau atas nama lembaga, kita ada mekanismenya,\" ungkap Yurman.
Setelah berdiskusi sekitar 15 menit, pendemo pun keluar dan kembali ke peserta lainnya yang masih berorasi di depan gerbang kantor DPRD. Perwakilan pendemo pun menyampaikan hasil pertemuannya dengan perwakilan anggota DPRD itu. Tidak lama berselang, para pendemo kompak meninggal lokasi sambil membawa semua atribut demo, termasuk spanduk dan keranda Jokowi ikut dibawa pulang.(400)