Ketika Thailand Menatap Pasar Bebas ASEAN 2015 (2-Habis)
Selain otomotif, industri pariwisata Thailand berkembang pesat. Pada 2013, mereka menjadi negara dengan kunjungan wisatawan terbanyak di Asia Tenggara dengan angka 26,5 juta orang. Data itu membuat Thailand makin percaya diri menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
***
Denyut pariwisata Thailand terasa di Ancient City, kawasan Samut Prakan, Bangpoo. Ratusan turis lokal dan asing membaur mengikuti tur di taman replika geografis Thailand. Resor yang dibangun pelestari budaya Prapai Viriyahbhun itu menyuguhkan miniatur bangunan khas Thailand yang menyerupai Kota Bangkok pada masa lampau. Dari sisi luas, Ancient City hanya seperlima luas Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang mencapai 150 hektare dan koleksinya terbilang seadanya. Namun, pengunjung terus mengalir setiap hari.
Juga banyak turis lokal yang memenuhi Asiatique, pusat keramaian baru di tepi Sungai Chao Praya, kawasan Chanroenkrung. Di sana, muda-mudi tampak bercengkerama hingga larut malam.
Pengelola hotel pun mendapat berkah dari berkembangnya industri pariwisata. Tingkat hunian hotel di pusat Kota Bangkok rata-rata lebih dari 80 persen. Salah satunya The Barkeley Hotel Pratunam di kawasan Mekassan, Ratchathewi, tempat wartawan koran ini menginap bersama rombongan Toyota Media Trip to Thailand dari Indonesia. Butuh waktu jauh-jauh hari untuk memesan hotel di sana.
Situasi tersebut bisa dimaklumi, mengingat saat ini terjadi booming kunjungan wisatawan asing pascakrisis politik di Thailand berlalu. Saat terjadi aksi massa besar-besaran 2013 hingga awal 2014, tingkat hunian hotel menurun drastis. Bahkan, berdasar data lembaga riset STR Global yang dilansir worldpropertychannel.com, kuartal pertama 2014, tingkat hunian hotel di Thailand tercatat menurun hingga 30,7 persen dari 79,7 persen pada kuartal pertama 2013. Awal tahun merupakan situasi yang buruk bagi hotel-hotel di Negeri Gajah Putih itu. Turis umumnya menunda kunjungan mereka.
Meski begitu, panasnya situasi Bangkok tidak terlalu berpengaruh di sejumlah resor di wilayah selatan Thailand. Kunjungan ke resor di Krabi dan Phuket tetap normal. Krabi adalah gerbang menuju resor dan pulau indah di selatan Thailand seperti Ao Nang atau Koh Lanta.
Thailand memang sangat menggantungkan pendapatan negara dari sektor pariwisata. Kontribusinya berkisar 16,7 persen (2013) atau jauh melebihi kontribusi industri otomotif yang hanya 9,09 persen. Bahkan, pariwisata berada di urutan kedua setelah sektor pertanian.
”Thailand sangat terbuka dengan pariwisata sehingga industri ini sangat berkembang,” kata Komar Johari, WNI yang sudah 22 tahun menetap di Bangkok. Dia memaklumi bila sikap terbuka tersebut membuat Thailand juga dikenal pelancong sebagai surga wisata seks.
Selain itu, kata Komar, pemerintah setempat menerapkan one stop services untuk melayani investor yang akan menanam dana di bidang pariwisata.
”Yang terpenting lagi, Thailand punya blueprint yang terstruktur terhadap pengembangan pariwisata,” jelas pria yang menekuni media otomotif itu.
Blueprint pariwisata Thailand termuat dalam ”11th National Economic and Social Development Plan, Ministry of Tourism and Sports”. Dalam blueprint diatur bahwa industri pariwisata harus dikelola secara profesional dengan mengikuti tren bisnis perjalanan dan perhotelan.
Berbeda dengan di Indonesia, sektor pariwisata di Thailand menyatu dengan bidang olahraga di bawah Kementerian Pariwisata dan Olahraga. Karena itu, kata Komar, Thailand menganggap olahraga satu kewenangan dengan pariwisata.
”Semua bidang ada di sini. Tak hanya wisata yang bersifat alam, adventure, maupun MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition), tetapi juga olahraga diarahkan ke dalam industri pariwista. Misalnya dalam olahraga golf,” jelas Komar.
Selanjutnya, kementerian tersebut membawahkan Tourism Authority of Thailand (TAT) yang berwenang penuh dalam pengambilan kebijakan pariwisata.
Arah industri pariwisata yang jelas itu membawa kepastian bagi pelakunya. Karena itu, meski ada gejolak dan krisis politik pada akhir 2013, kebijakan sektor pariwisata relatif tidak terganggu. ”Nggak ada perbedaan situasi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Aktivitas tourism berjalan normal,” ujar Komar.
Thailand tidak menjadikan krisis politik sebagai alasan mengevaluasi target kunjungan wisatawan asing 2014. ”Krisis politik dianggap ruang berbeda dengan pariwisata. Warga tahu mana turis, mana demonstran. Bahkan, kalau melihat ada turis, orang-orang justru melindungi,” kata Gregorius Giadiman, pemandu wisata di Bangkok.
Tahun ini TAT menetapkan target 28,01 juta kunjungan turis asing dengan estimasi penerimaan devisa 1,33 triliun baht (sekitar Rp 492,1 triliun) atau naik 13 persen jika dibandingkan dengan 2013. Sedangkan untuk turis lokal, TAT menetapkan target 136,8 juta kunjungan wisata yang dapat menghasilkan sekitar 700 miliar baht (Rp 259 triliun) atau naik 9 persen daripada 2013.
Sedangkan di era pasar bebas ASEAN 2015, Thailand menargetkan penerimaan total 2,2 triliun baht (Rp 814 triliun). Sungguh angka yang fantastis! Untuk merealisasikannya, Thailand kini gencar mengampanyekan tagline baru Amazing Thailand: Happiness Within yang akan diluncurkan akhir 2014.
Selain itu, kata Gregorius, Thailand makin rajin mengikuti pameran pariwisata internasional. Di antaranya, World Travel Market (WTM) di London dan International Tourism Borse (ITB) di Berlin.
’’Biasanya delegasi Thailand datang untuk mempromosikan agenda pariwisata dua tahun yang akan datang. Perencanaan mereka benar-benar matang,’’ kata Gregorius.
TAT juga tidak segan mengeluarkan jutaan dolar AS untuk menyewa konsultan guna menjaring wisatawan negara tertentu. Misalnya, Blue Square Consultans (BSC) untuk wilayah India Barat dan Selatan.
Sedangkan di dalam negeri, Thailand meningkatkan standardisasi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pariwisata dengan mendirikan pusat pelatihan semacam BPLP di seluruh provinsi.
Dengan strategi baru itu, Thailand mematok target ambisius di sektor pariwisata menyambut datangnya era AEC pada akhir 2015. Bila pada 2013 pendapatan pariwisata Thailand menduduki peringkat keenam dunia dan ketiga di Asia, tahun depan mereka menargetkan meningkat.
”Minimal bisa naik ke peringkat keempat, bahkan ketiga, besar dunia,” kata Gubernur TAT Thawatchai Arunyik.
Thailand juga tidak lagi memopulerkan lokasi wisata Phuket dan Pattaya. Kini otoritas wisata setempat mengenalkan 12 resor baru di lima wilayah. Perinciannya, di Thailand Utara ada Lampang-Phetchabun (kawasan yang diselimuti kabut pegunungan bunga) dan Nan, provinsi paling romantis.
Di timur laut ada dua provinsi memesona, yakni Buriram (tempat Khmer kuno dan peradaban Thailand modern bertemu) dan Loei, provinsi dengan iklim yang paling nyaman.
Di kawasan tengah, dua provinsi yang menarik adalah Samut Songkhram untuk gaya hidup berbasis sungai yang unik serta Ratchaburi bagi masyarakat seni dan kerajinan yang terkenal.
Di Thailand Timur ada Trat yang merupakan resor ideal untuk menikmati pulau dan pantai indah serta Chanthaburi, rumah bagi semua buah-buahan Thailand.
Di Selatan, Trang adalah tempat yang indah, Chumphon untuk pantai yang jernih, dan Nakhon Si Thammarat untuk berbagai atraksi agama dan alam yang khas. ”Di 12 resor itu semua ada. Turis dijamin senang dan betah,” tandas Gregorius. (*/c5/c10/ari)