Menjaga “Surga Dunia”

Minggu 12-10-2014,11:40 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Selamatkan Pulau Tikus (3) Pulau  Tikus adalah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi,  keberadaanya  terus terancam. Dipredikasi 20 tahun atau lebih cepat lagi,  pulau ini bakal hilang akibat abrasi. Kerusakan  demi kerusakan terus terjadi. Sebab itu,  sudah saatnya semua pihak bergerak dan mengambil tindakan, \" selamatkan Pulau Tikus\".   SEPERTI  lagu,  Yuni Shara Ft Raffi Ahmad, \" 50 Tahun Lagi\",  Pulau Tikus diharapkan tetap kokoh dan utuh hingga 50 tahun lagi,  sebagai destinasi wisata  dan penunjang  ekonomi Bengkulu. Pulau menyimpan berjuta pesona dan keindahan, harus  dipertahankan.  Meskipun,  keistimewaan  ini,  masih tenggelam dan belum tergali  maksimal  untuk pariwisata dan penunjang ekonomi daerah. Pengamat perubahan iklim dan lingkungan, Dr. Gunggung Senoaji, mengatakan Pulau Tikus memiliki terumbu karang tumbuh di dasar laut luasanya sekitar 200 hektar. Keindahan terumbu karang inilah  dianggap sebagai \"surga dunia\",  karena tak kalah indahnya dengan terumbu karang di Lombok  dan  Bali. \"Meski sayang, sudah banyak juga terumbu karang mengalami kerusakan,\" ujarnya. Jika penyelamatan Pulau Tikus ini berhasil, pariwisata akan semakin tumbuh dan berkembang. Sehingga menimbulkan  dampak positif terhadap daerah. Jasa pelayaran, pariwisata dan perikanan akan hidup, berdampak pada meningkatnya ekonomi masyarakat,  \"tujuan sebenarnya adalah membangun ekonomi masyarakat,\" tuturnya. Sayangnya, keindahan pulau ini kurang tergarap dengan baik,  belum  ada perhatian  maksimal pemerintah atau  dinas pariwisatanya.  Pulau berada di  10km di sebelah barat Bengkulu ini, apabila  digarap maksimal,  akan menjadi tempat  wisata  menakjubkan. Bukan tidak mungkin,  wisatawan lokal  dan luar negeri akan berduyun-duyun ke Bengkulu.  Tinggal sekarang bagaimana pemerintah daerah mengelola potensi ini. Dikutip dari hasil penilitian, Prof. Urip Santoso, dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Unib,   diunggah pada https://uripsantoso.wordpress.com/. Dia menyebutkan, selain masalah  abrasi pantai, Pulau Tikus menghadapi rusaknya terumbu karang. Data dari Rafflesia Bengkulu Diving Club  (RBDC) menyebutkan sekitar 30% terumbu karang di Pulau Tikus rusak. Dari 30% terumbu karang  mengalami kerusakan, 95 persen diantaranya sudah  tergolong mati sehingga sangat mengganggu ekosistem laut di sekitar Pulau Tikus.  Rusaknya terumbu karang mengakibatkan turunnya hasil tangkap nelayan Kota Bengkulu. Hal ini  disebabkan oleh karena terumbu karang merupakan habitat ikan laut.  Rusaknya terumbu karang  berarti menurunnya produksi ikan laut pada akhirnya menurunkan hasil tangkap nelayan. Di sisi lain, hasil kajian Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistis Daerah (BPPSD) Provinsi Bengkulu,  bekerjasama dengan Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kerusakan lingkungan terumbu karang dan perairan di sekitar Pulau Tikus, berdasarkan hasil kajiannya, Pulau Tikus dianggap masih normal dan layak untuk biota laut, karang dan ikan. Kerusakan terumbu karang  terjadi umumnya disebabkan  oleh kondisi kondisi alam terletak  Samudera Hindia, memiliki arus dan gempuran ombak kuat, menuju arah tenggara Pulau Tikus. Gunggung Senoaji, mengatakan, bersama Komunitas Peduli Terumbu Karang Pulau Tikus, beberapa waktu lalu,  telah melakukan penanaman kembali ekosistem  terumbu karang. Kegiatan tersebut diharapkan bisa mendorong pihak-pihak lainnya ikut melaksanakan kegiatan serupa. \"Kami tidak hanya mengeluarkan ide, tapi juga ikut beraksi,\" katanya. Seperti dilaporkan sebelumnya, jika tak ada penangan serius, Bengkulu tidak hanya akan kehilangan surga dunia wisata bahari.  Keberadaan mercusuar  juga terancam. Padahal fungsi mercusuar  sangat vital, khususnya untuk navigasi pelayaran. Di wilayah laut sekitar Pulau Tikus, setiap hari banyak dilalui kapal-kapal, membutuhkan petunjuk mercusuar. Apabila mercusuar tak lagi bisa berdiri  kokoh di Pulau Tikus, keselamatan pelayaran sangat terancam, karena bisa menabrak   terumbu karang yang kokoh  sekitar 200 hektar di wilayah tersebut. \"Dulu  Belanda memasang  mercusuar disitu tentu ada fungsinya. Setiap hari kapal keluar masuk lewat laut itu. Kalau tidak ada petunjuk navigasi kapal ya sangat berbahaya,\" kata Gunggung. Dampak negatif jika Pulau Tikus amblas, yaitu tidak ada lagi pemecah gelombang di wilayah perairan Bengkulu. Selama ini, Pulau Tikus berfungsi sebagai pemecah gelombang, sehingga ombak besar, atau jika terjadi tsunami tidak sampai ke pesisir Pantai Bengkulu. \"Tanpa ada Pulau Tikus, akan sangat berbahaya apabila terjadi gelombang besar atau tsunami,\" ungkapnya. (iyud/bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait