JAKARTA, BE - Sidang korupsi dan pencucian uang mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum lagi-lagi membuka tabir gelap pemilihan pucuk pimpinan partai berlambang Mercy itu. Kecurangan dan money politics yang terstruktur semakin terlihat jelas. Salah satunya didapatkan dari keterangan anggota Dewan Pembina PD Ahmad Mubarok yang kemarin (14/7) menjadi saksi di sidang Anas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Mubarok mengakui, bahwa dirinya mengetahui dalam pemilihan ketua saat itu, ada \"bom\". Tentu bukan bom sebenarnya, namun merujuk pada pemberian uang berjumlah besar kepada para Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang memiliki hak suara, dalam kongres yang diselenggarakan di Bandung tahun 2010 itu. Pengakuan itu terungkap ketika Jaksa KPK Yudi Kristiana membacakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) milik Mubarok. \"Sebelum putaran kedua, ada break satu sampai dua jam. Seluruh peserta tetap di ruangan kongres. Putaran kedua dimulai malam. Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) memberikan arahan pilihlah dengan hati nurani jangan ada money politic dan kalau sekadar pemberian transport bisa ditoleransi. Anas terpilih (ketum). Lalu, 23 Mei saya kembali ke Jakarta menggunakan mobil pribadi. Dalam BAP saudara disebutkan ada break dan ada istilah bom, yaitu saya berada di luar arena kongres dan hanya hilir mudik, pernah terjadi pemberian uang atau pemberian bom agar memilih kandidat tertentu, apakah betul?\" tanya Yudi pada Mubarok, yang kemudian dijawab betul. \"Dapat saya jelaskan pemberian bom sebelum putaran kedua maksudnya adalah pemberian uang dalam jumlah besar terutama kepada ketua DPC yang sebelumnya memilih Andi Mallarangeng. Untuk mengimbangi pemberian bom, maka ketua tim sukses Anas juga melakukan pemberian bom ke koordinator wilayah. Tetapi, saya tidak tahu siapa orangnya. Saya tidak tahu siapa yang perintahkan berikan bom. Alasan tim sukses atau relawan beri bom adalah untuk mencegah adanyanya money politic. Sehingga tidak ada pengaruh memilih kandidat tertentu. Apakah betul?\" tanya Yudi kembali, yang lagi-lagi mendapat pembenaran dari sosok yang juga merupakan mantan Wakil Ketua Umum PD itu. Dalam pemilihan Ketum PD itu, memang berlangsung dua putaran. Pertama, ada tiga kandidat yang ikut serta, yakni Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, dan Marzuki Alie. Namun, usai putaran pertama hanya Anas dan Marzuki saja yang lolos. Tak heran, untuk mengamankan jagoannya, beberapa tim sukses memang melakukan beragam cara termasuk pemberian uang. Di surat dakwaan itu, Anas sebelumnya memang disebut menerima uang sebesar Rp 116 miliar dan USD 5,2 juta terkait usahanya memenangkan pemilihan Ketum. Di sidang yang sempat tertunda pekan lalu itu juga terungkap bahwa Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pembina PD mengetahui dan mengijinkan adanya pemberian uang transport pada peserta Kongres. \"Dalam BAP, saudara katakan Pak SBY berikan arahan pilihlah dengan hati nurani, jangan ada money politics. Dan kalau sekadar pemberian transport (transportasi) bisa ditolerir, apa demikian?\" tanya jaksa. Terhadap isi BAP tersebut, Mubarok membenarkan. Walaupun bagian SBY mengatakan pemberian uang transportasi dibantah. \"Sesungguhnya pernyataan Pak SBY seperti itu berulang-ulang dikatakan. Tetapi perihal uang transport tidak ada.\" Tak hanya itu saja, Mubarok yang merupakan ketua tim sukses Anas juga membantah bahwa dirinya mengetahui sumber dana bagi calon yang didukungnya. \"Sudah ada yang handle, ya sudah, saya tidak tahu,\" kata dia. Jawaban tidak tahu itu rupanya menarik bagi hakim, yang kemudian mencoba mencecarnya dengan pertanyaan. \"Saudara tidak mengetahui, apa menutupi? tanya hakim Haswadi. \"Betul-betul tidak tahu,\" jawab Mubarok. \"Karena saudara latar belakang IAIN..,\" ucap Haswadi belum selesai disanggah Mubarok dengan sedikit emosi. \"Kalau perlu sumpah demi Allah juga boleh, bahwa saya memang tidak tahu,\" kata Mubarok dengan nada meninggi. \"Makanya saya tanya dulu, saudara tahu tentang dosa. Jadi kalau seandainya saya ingatkan ini, ya ini saudara ini bulan puasa, saudara sudah disumpah,\" lanjut Hakim Haswandi. \"Insya Allah apa adanya,\" kata Mubarok. Sementara itu, kehadiran Mubarok benar-benar dimanfaatkan Anas untuk membela dirinya. Terutama, soal banyaknya pihak yang memintanya untuk mengundurkan diri dari pencalonan Ketum PD. Mulanya pertanyaan itu dikhususkan pada pertemuan dirinya dengan Sudi Silalahi yang juga dihadiri Mubarok dan Saan Mustopa. \"Benar, ada dua pertemuan,\" jawab Mubarok. Pertemuan pertama menurut Mubarok dilakukan sebelum kongres. Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono ingin bertemu dengan para kandidat ketum. Namun akhirnya SBY diwakili Sudi Silalahi dan Djoko Suyanto. Saat itu Sudi mengatakan SBY tidak akan mencampuri kongres Demokrat. \"Kemudian ketika sudah di dalam kongres saya dipanggil Pak Sudi Silalahi dan meminta Anas mengundurkan diri dari pencalonan untuk memilih Andi Mallarangeng supaya bisa dipilih secara aklamasi. Anas cukup jadi Sekjen. Ini hasil kajian intelijen, katanya begitu,\" ujar Mubarok. Saat itu Anas menyanggupi permintaan Sudi namun dengan syarat permintaan tersebut disampaikan langsung kepada ketua-ketua DPC yang mendukungnya. \"Lalu saya ingatkan kalau ada seperti itu (berarti) ada intervensi, justru Pak SBY yang akan malu,\" imbuh dia. (nji)
Anas Ungkap Kelamnya Pemilihan Ketum PD
Selasa 15-07-2014,09:22 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :