Keluarga langsung histeris menangis. Mereka tak mengira itu semua akan terjadi begitu cepat. Meski kenyataan ini membuat pilu, mereka harus ikhlas menerimanya.
Mungkin Murry kelelahan. Sebab, pada usianya yang sudah lanjut, bapak empat anak dan lima cucu tersebut masih manggung dengan jadwal yang cukup padat. Tidak hanya di dalam kota, Murry juga masih laris tampil di luar kota. Sampai meninggal dunia kemarin, dia masih menyisakan kontrak manggung di beberapa kota.
Sedihnya, Murry meninggal ketika istrinya akan pergi umrah. Sepulang dari Pekalongan tiga hari lalu, sekeluarga berkumpul di rumah untuk mengadakan pengajian guna mendoakan keberangkatan Yanti beribadah ke Tanah Suci. Yanti sebetulnya mengajak serta Murry untuk ikut ke Makkah. Tapi, sang suami menolak. ”Dia nyuruh saya berangkat dulu. Katanya, dia akan umrah tahun depan,” beber Yanti menirukan ucapan suaminya.
Yanti benar-benar kehilangan orang terkasih. Murry adalah sosok yang sangat baik di matanya. Dia sangat menaruh perhatian kepada istri dan anak-anak. ”Dia tidak sungkan untuk bantu saya cuci piring meski saya menolaknya. Orangnya suka bercanda,” kenangnya. Berdasar pesan almarhum, Yanti memutuskan untuk tetap berangkat umrah hari ini pukul 01.00. Dia berangkat bersama saudaranya.
Di mata anak-anaknya, Murry adalah sosok tak tergantikan. Pencipta lagu Pelangi, Doa Suciku, Bertemu dan Berpisah, Hidup tanpa Cinta, Cubit-cubitan, dan masih banyak lagi itu telah mewariskan bayak hal berharga bagi keluarga.
”Kalau warisan harta benda bisa habis. Tapi, yang diwariskan bapak lebih dari itu,” ucap Rico.
Lagu-lagu ciptaan Murry adalah salah satunya. Lalu, gaya hidup dan sikap keseharian Murry yang sederhana menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya. ”Bapak mengajarkan kepada saya, ’Ini lho, meski gue legendaris, hidup gue tetep sederhana.’ Itu yang saya lihat dari bapak selama dua tahun mendampingi tur,” jelasnya.
Murry juga sangat dekat dengan penggemarnya. Dia tidak menciptakan jarak dengan fans. Penggemar-penggemarnya sering main ke rumah. Bahkan, ketika ada penggemar yang meninggal dunia, Murry sering menyempatkan diri untuk melayat. ”Waktu itu ada penggemar bapak yang meninggal di daerah Bekasi. Dapat kabar sudah tengah malam, bapak tetap ke sana,” lanjutnya.
Demikian juga halnya ketika sedang tur di luar kota, kamar hotelnya terbuka. Tidak seperti superstar masa kini yang kamar hotelnya harus dijaga. ”Kalau di hotel, penggemar bapak ya masuk-masuk saja. Malah saya yang suka sungkan, masuk kamar ada orang yang tidak saya kenal. Tapi, bapak santai. Mereka ngobrol macam-macam,” kenang Rico lagi.
Yon Koeswoyo dan Yok Koeswoyo, dua sahabat Murry di Koes Plus, kemarin ikut melepas Murry hingga ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Keduanya tak bisa menyembunyikan rasa duka yang mendalam. Terlebih Yon yang terlihat begitu emosional. Mengenakan pakaian serbahitam, dia terus menangis. Sesekali dia menutup wajah dengan tangan sambil menghapus air mata. Dia menyaksikan sahabatnya dimasukkan ke liang lahad.
Sesaat kemudian, vokalis utama Koes Plus itu beringsut dari kerumunan pelayat di sekitar liang. Dia berjalan menjauh dari makam Murry. Seolah-olah dia ingin menenangkan diri dan berusaha mengatasi kesedihan. ”Murry itu sahabat dan saudara dekat kami. Kami sama-sama dari susah hingga senang. Sampai sekarang,” ucapnya pilu.
Setali tiga uang, Yok Koeswoyo mengenang Murry sebagai sosok yang penuh toleransi. Itu sebabnya Koes Plus, band yang dipimpin (almarhum) Tonny Koeswoyo, membuat lagu dengan beragam genre. Bukan hanya pop, melainkan juga kasidah, lagu Natal, keroncong, pop Jawa, dan sebagainya. ”Toleransinya itu gambaran dedikasi almarhum. Banyak kesan saya tentang Murry. Kalau saya ceritakan nggak akan habis sampai malam,” terang pembetot bas Koes Plus tersebut.
Kini Koes Plus hanya tersisa Yon dan Yok Koeswoyo. Murry sendiri bergabung dengan Koes Plus sejak 1969. Kala itu grup band yang semula bernama Koes Bersaudara –karena anggotanya satu keluarga– tersebut ditinggal Nomo Koeswoyo yang mengundurkan diri untuk berbisnis. Tonny kemudian mengajak Murry untuk bergabung.
Nah, karena Murry bukan dari keluarga Koeswoyo, nama grup band itu diubah menjadi Koes Plus. Murry adalah plusnya. Bersama Murry, Koes Plus merajai dunia musik pop tanah air pada 1970-an. Selamat jalan, sang legenda. (*/c9/ari)