Murry Koes Plus Meninggal di Tengah Padatnya Jadwal

Minggu 02-02-2014,10:10 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Tur Minta Dikerok, Batuk-Batuk lalu Pingsan

Band living legend Indonesia Koes Plus kehilangan drumer kebanggaan mereka. Kasmuri atau yang lebih dikenal dengan nama Murry meninggal dunia, Sabtu (1/2) pada usia 64 tahun. Murry pergi sangat mendadak.

JANESTI PRIYANDINI, Jakarta

ISAK tangis keluarga pecah ketika jenazah Murry mulai diturunkan ke liang lahad Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur, kemarin siang. Bahkan, dua anak perempuan Murry, Riska dan Anggi, jatuh pingsan.

Mereka sangat terpukul atas kepergian sang ayah yang begitu mendadak. Bahkan, ketika diminta menceritakan kronologi kejadian yang dialami ayahnya, keduanya tampak bingung. Pasalnya, almarhum meninggal tanpa didahului sakit. Beberapa jam sebelumnya Murry masih tampak sehat walafiat.

Hingga akhir hayatnya, Murry masih aktif menggebuk drum. Tiga hari lalu, misalnya, dia  baru saja pulang tur bersama anak keduanya, Rico Valentino. Memang, dua tahun terakhir, Rico-lah yang mendampingi sang ayah tur ke berbagai kota. Rico kebetulan juga seorang drumer yang bersama grupnya memainkan lagu-lagu Koes Plus. Band Rico sering menemani Murry manggung.

”Bapak sudah tiga kali operasi hernia. Sejak saat itu kami, anak-anaknya, melarang beliau manggung dalam durasi yang lama,” kata Rico setelah pemakaman ayahnya. Di antara ratusan pelayat, tampak sejumlah musisi. Ada Posan Winner, Sandy Pas Band, dan Pepeng Naif. Gubernur Jakarta Joko Widodo (Jokowi) juga datang dan berdoa di pusara.

Jadi, dalam setiap tampil di tur, Murry hanya menjadi bintang tamu band Rico. Dia main sekitar dua hingga empat lagu saja. ”Sebab, dokter sudah mewanti-wanti, kalau sampai operasi lagi, efeknya nggak baik,” lanjut dia.

Tapi, bukan hernia yang menjadi penyebab meninggalnya Murry. Bukan pula penyakit diabetes yang memang sudah lama diidap sang legenda. Sebab, dia selalu memperhatikan kadar gula dalam darahnya. ”Semua undercontrol. Bapak nggak pernah anfal. Kalaupun mau ke luar kota, pasti dicek dulu,” ungkap Rico.

Terakhir, mereka manggung di Pekalongan, Jawa Tengah, tiga hari lalu. Mereka berdua tidur satu kamar. Murry sehat. Seperti biasa, dia selalu bercanda. Malamnya mereka jalan-jalan untuk mencoba kuliner Kota Batik itu. Juga berburu batik Pekalongan. ”Bapak ngajakin cari nasi goreng,” cerita dia.

Jumat malam (31/1) Rico datang menemui ayahnya di rumah, Perum Kranggan Permai, Pondok Gede, Jakarta Timur. Rico yang sudah berkeluarga tinggal di rumah sendiri. Begitu juga dua saudarnya yang lain. Hanya Anggi, anak bungsu Murry, yang masih tinggal bersama ayahnya. Anggi belum menikah. ”Waktu saya datang, bapak minta dikerok. Saya bilang, ’Kan kemarin sudah dikerok, masa mau lagi?’” cerita Rico.

Murry akhirnya minta dipijat istrinya, Yanti Nurhayati. Pukul 21.00 Rico berpamitan pulang. Murry pun tidur. Tapi, sekitar pukul 04.00 penggebuk drum yang juga andal menciptakan lagu itu meminta Anggi mengecilkan pendingin ruangan. Dia bilang kedinginan. Selain itu, Murry minta air hangat.

Namun, tak lama kemudian, dia terbatuk-batuk dan kejang-kejang, lalu pingsan. Hingga kemudian jatuh di pelukan istrinya. Keluarga lantas membawa Murry ke Rumah Sakit (RS) Permata Cibubur. Semua anaknya mengantar  karena memang tinggal berdekatan. ”Kami mengira bapak hanya pingsan,” ucap Yanti dengan mata sembap.

Sesampai di RS, Murry langsung mendapatkan penanganan, termasuk pernapasan buatan. ”Waktu di rumah badan bapak masih hangat. Meski sudah tidak merespons lagi. Dia diam saja,” jelas Rico.

Sangat mungkin Murry sudah meninggal dalam perjalanan menuju RS. Maka, saat keluarga meminta untuk memberi Murry kejut jantung, pihak RS menolak. ”Karena detak jantungnya di monitor sudah datar. Bapak sudah meninggal sejak ambruk di pelukan mama. Kalau tetap dikejut jantung, kata dokter nanti paru-parunya rusak,” terang Rico.

Tags :
Kategori :

Terkait