Buku Bisa Sembuhkan Depresi

Rabu 15-01-2014,22:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

PERIBAHASA mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Melalui buku, seseorang dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang tempat-tempat yang bahkan dia belum pernah dengar namanya. Namun kini telah ditemukan pula fungsi buku yang lain, yaitu untuk menyembuhkan depresi.

Meningkatnya penggunan obat antidepressant untuk pengobatan gangguan jiwa dan depresi oleh masyarakat Eropa dan Amerika meresahkan banyak pihak. Data yang dirilis Centers for Disease Control and Prevention Amerika mengemukakan bahwa satu dari 10 orang berusia di atas 12 tahun menggunakan antidepressant secara rutin. Angka tersebut bahkan naik menjadi satu dari empat orang pada usia di atas 40 tahun.

Sementara itu di Eropa, terjadi peningkatan angka pengguna antidepressant sebanyak 20 persen tiap tahunnya. Namun yang menarik adalah adanya penurunan 6,2 persen tiap tahunnya untuk angka bunuh diri. Ramin Mojtabai, MD, Ph.D. dari Department of Mental Health John Hopkins University mengatakan bahwa penggunaan antidepressant yang meningkat disebabkan oleh diagnosis dan pengobatan yang berlebihan.

Untuk mengatasi masalah itu, National Health Service (NHS) di Inggris melakukan terobosan unik. Para dokter jiwa kini diminta untuk menuliskan judul buku sebagai pengganti nama obat pada resep. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan obat-obatan pada pasien gangguan jiwa dan depresi. Program ini bernama Books On Prescription.

Buku yang dimaksud adalah 30 buku tentang pengobatan gangguan jiwa yang direkomendasikan oleh pakar-pakar tentang kesehatan jiwa. Penggunaan buku-buku tersebut sebagai sarana pengobatan juga harus dalam pengawasan dokter agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika membaca buku-buku tersebut.

\"Program Books On Prescription diluncurkan pada Juni 2013. Program ini menggunakan buku-buku terbaik yang dapat digunakan dalam proses penyembuhan tanpa menimbulkan efek samping,\" kata juru bicara booksonprescription.org.uk, seperti dilansir laman Medical Daily.

Program ini memang baru berjalan selama 7 bulan, sehingga belum bisa dipastikan apakah program ini bisa menyembuhkan pasien gangguan jiwa dan depresi secara efektif. Namun tidak ada salahnya kita mencoba program ini, sehingga kita tidak harus tergantung pada obat-obatan secara terus menerus.(fny/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait