ORANG yang stres hampir bisa dilihat dari perubahan perilakunya. Yang biasanya tak mereka lakukan, akan mereka lakukan ketika mengalami stres. Tapi yang tak kalah mengerikan, stres pun ternyata bisa menular.
\"\'Secondhand stress\' ini merupakan respons stres yang dipicu oleh perilaku orang lain,\" terang Jordan Friedman, MPH, pakar manajemen stres serta pendiri situs thestresscoach.com.
Heidi Hanna, Ph.D. dari American Institute of Stress juga menimpali bila seseorang cenderung melihat perilaku orang lain, terutama yang sedang stres sebagai sebuah ancaman bagi lingkungan mereka.
\"Ketika kita menyadari bahwa orang lain di sekitar kita sedang stres, maka kondisi ini akan mengirimkan sinyal yang jelas bahwa kita juga harus merasa khawatir,\" paparnya.
Stres yang menular ini kerap terjadi pada keluarga, pasangan maupun para pekerja, baik ketika berada di tempat kerja atau dalam perjalanan pulang-pergi kerja. Tentu saja stres ini juga dapat berdampak negatif terhadap hubungan suami istri karena energi terkuras untuk melindungi diri sendiri dari stres.
\"Bila pasangan sedang ingin bercinta tapi Anda tidak mood, maka ia bisa frustrasi, bahkan bisa jadi tak tertarik lagi pada Anda, apalagi jika kondisi semacam ini rutin terjadi,\" ujar Friedman seperti dilansir Huffingtonpost, Jumat (10/1).
Sayangnya orang yang menyebabkan \'secondhand stress\' ini biasanya tak menyadari dampak dari stres yang mereka rasakan pada orang lain. \"Kebanyakan dari mereka tak menyadari bagaimana sensitifnya otak dalam menanggapi hal-hal seperti petunjuk non-verbal, perubahan nada suara atau tekanan fisik maupun pilihan bahasa,\" terang Hanna.
Menurut Friedman ini karena perilaku yang menyebabkan seseorang merasa stres sebenarnya tidaklah ditujukan langsung kepada mereka. \"Anda hanya menjadi penerima \'secondhand stress\',\" imbuhnya.
Friedman justru melihat ada hal yang menarik ketika mengamati \'korban\' dari stres menular ini. Karena mereka cenderung mempunyai karakteristik yang sama dengan penyebar stresnya. \"Kita akan cenderung tergesa-gesa saat melihat orang lain tergesa-gesa bahkan tanpa alasan yang jelas, atau kita menjadi moody karena melihat orang lain yang moody,\" ungkapnya.
Lalu bagaimana cara menanggulanginya?
1. Berhenti sejenak dan pikirkan apakah perilaku yang dihasilkan dari stres Anda akan berbahaya bagi Anda sendiri maupun orang lain. Pastikan saja Anda tak sampai melakukannya. Atau Friedman menyarankan agar Anda menghindari situasi di mana \'secondhand stress\' sering terjadi misal keramaian, kemacetan atau antrian panjang.
2. Lakukan relaksasi untuk membatasi efek dari \'secondhand stress\', antara lain mengambil jeda kegiatan setiap satu jam sekali, latihan peregangan atau jalan-jalan selama beberapa menit, mencoba meditasi kecil-kecilan, dan jangan terlalu serius atau sesekali cari sumber humor.
3. Mencoba manajemen stres virtual seperti latihan pernapasan atau pemberian sugesti diri agar \'secondhand stress\' tidak memberikan dampak negatif terlalu banyak pada diri sendiri.
4. Perbanyak komunikasi langsung, agar Anda mudah memahami situasi yang ada dan tidak cenderung terpicu untuk stres.
5. Menurut Hanna jangan biarkan hal-hal sepele memicu masalah yang lebih besar, sehingga setiap orang harus jeli melihatnya hal-hal kecil itu.
6. Selalu melihat sesuatu dengan kacamata positif. Bisa berlatih dengan cara menuliskan beberapa hal yang bisa Anda syukuri setiap pagi agar hal-hal negatif tak bisa menghampiri Anda.
7. Jangan menyebarkan stres. Ini juga memudahkan orang lain menyampaikan apa yang menjadi pemikiran atau uneg-uneg mereka. (net)