Pelabuhan dan Kematian Yanti

Sabtu 23-11-2013,21:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Catatan Perjalanan ke Eropa (4)

Oleh Gubernur H Junaidi Hamsyah SAg MPd

DUA jam di kawasan MV 2 kami melanjutkan perjalanan ke Amsterdam. Perjalanan dari MV 2 ke Amsterdam selama 2 jam. Bersama Pak Cipto, Pak Didi dan Bu Diah, kami berdiskusi untuk pengembangan kawasan Pulau Baai. Pada prinsipnya Pelindo II siap membangun hanya saja butuh infrastruktur pendukung lainnya, seperti jalan dua jalur ke pelabuhan, listrik yg tidak byarpet (mati), investor yang merasa nyaman buat menanamkan investasinya di berbagai bidang, hotel yang memadai, penerbangan dan jalan penghubung ke beberapa provinsi tetangga seperti Palembang dan Jambi. Diskusi tersebut juga merancang pertemuan dengan PT Jababeka yang sudah membuat MoU dengan Pelindo. Pertemuan tersebut akan membahas fungsi masing-masing dalam merancang majunya Provinsi Bengkulu. Dan momentum HPN 2014 di Provinsi Bengkulu akan dijadikan untuk mewujudkan rencana dimaksud. Perjalanan ke Amsterdam sampai. Kami mampir dan minum di Hotel Hilton menunggu persiapan makan siang di kapal. Setelah minta kode wifi dari hotel ini dan berhasil saya sempat membaca beberapa media online untuk mengetahui perkembangan berita di tanah air dan membalas inbox dari teman wartawan yang menanyakan tanggapan saya berkenanaan dengan matinya Yanti (nama gajah di PLG Sebelat) lebih kurang saya jawab demikian (Saya cuma sedih mendapatkan berita ini. Saya belum bisa banyak komentar. Jika keracunan, kok bisa. Tidak mudah mendapatkan seekor gajah. Ini gajah yg sudah terlatih justru mati. Semoga didapati kesimpulan pasti akibat kematian Yanti tsb). Waktu persiapan makan siang di kapal sudah siap, kami berangkat menuju kapal yang sudah disiapkan di depan Hotel Hilton. Menu makanan Indonesia, selera makan saya jadi rusak karena terbaca di antara sekian menu yang ada tersebut ada juga sate babi. Menu ini disiapkan karena bersama kami juga ikut beberapa orang karyawan MV 2. Tidak ada pilihan lain kecuali ikut makan tapi bukan makan babi, menu lainnya banyak kok, yang saya bayangkan adalah apa mungkin memasak makanan tersebut di wajan atau kuali yang berbeda. Wallahu a\'lam bishshawaf. Melihat kawasan Amsterdam dari atas kapal. Lagi-lagi luar biasa karena tempat yang kami lalui ini bukan laut tidak juga sungai melainkan kawasan yang dibuat seperti sungai. Sepanjang perjalanan terdapat beberapa kapal kecil yang bersandar dan kapal-kapal tua yg disulap menjadi tempat makan. Ternyata air menjadi alternatif kedua selain jalan darat yg sangat mulus. Beberapa jenis burung terbang dan berenang bebas di air yang dilalui. Burung-burung ini bisa leluasa karena memang dilindungi bagi siapa yang membunuh dan menangkap burung-burung tersebut didenda. Kiri kanan sungai bukan laut, melainkan  berjejer rumah, toko, hotel dan restoran. Mereka memberi warna yang sama untuk rumah, toko, hotel dan restauran tersebut, jika cokelat maka berjejer ratusan toko warnanya sama. Begitu juga dengan pilihan warna yang lain. Tidak seperti di tempat kita, jika ada lima ruko. Maka ada lima warna di ruko-ruko tersebut sesuai dengan selera pemiliknya. Kurang lebih satu setengah jam mengelilingi Amsterdam lewat air. Jam 16.00 kami kembali ke Hotel Hilton dan bus sudah menunggu untuk menuju ke NH Grand Hotel Krasnapolsky. Terletak di jantung Kota Amsterdam. Kami di kamar 2045 berhadapan dengan Pak Cipto. Beliau di 2037. Setiba di kamar bergegas mandi untuk shalat Zuhur dan Asyar yang di jamak Qashar secara takhir. Travel mengumumkan makan malam jam 19.30 dan diharapkan jam 19.00 sudah di lobby hotel. Saya memutuskan untuk tidak ikut makan malam karena rasanya sudah terlalu letih dan kami sudah menyiapkan makan malam sendiri di kamar dengan menanak nasi menggunakan magicom yang kami bawa dan tempe goreng campur kacang tanah dan ikan teri masih ada. Itu lebih nikmat. Ibu dan Bu Diah yang ikut makan malam sambil membeli oleh-oleh keranda besok harus sudah kembali ke tanah air. Jam 10.00 padi Amsterdam diharapkan sudah chek out dari hotel. Sesuai dengan jadwal jam 09.45 semua koper sudah di lobby hotel dan travel bus sudah datang menjemput. Kami menyusun koper ke dalam bus untuk segera ke bandara. Persiapan berangkat rampung. Jam 10.00 pergi  ke bandara. Agen travel menyampaikan perjalanan ke bandara membutuhkan waktu 30 menit. Sambil menerangkan kemegahan Kota Amsterdam bus berjalan santai. Beberapa terowongan yang kami lewati. Menurut penjelasan Pak Didi, terowongan tersebut di bawah sungai. Itu dibuat agar tidak mengganggu lalu lintas air. Jam 10.30 kami sampai di bandara menuju ke terminal 3 untuk penerbangan ke Indonesia dengan Garuda Indonesia. Usai mengurus chek in masih sempat larak lirik. Akhirnya beli jam buat kenang-kenangan. Hanya ada waktu 15 menit. Jay larak lirik berikutnya kami naik menuju ke Gate 5 sesuai petunjuk tiket. Kami mempedomani tulisan yang digantung Gate 1-16. Luas sekali bandara Amsterdam ini. Alhamdullilah 3G iPad aktif. Kesempatan yang sempit digunakan buat baca media online dan melihat status. Sempat juga balas inbox dari mantan murid di MAN 2 yang sekarang kuliah di IPB Bogor. Lisa Puspita Suryani. Jam 12.06 petugas bandara memanggil untuk penumpang Garuda Indonesia Abu Dhabi dan Jakarta untuk masuk pesawat karena jam 13.00 pesawat take off. Setelah sesaat take off, saya mengajak isteri untuk shalat. Zuhur dan Asyar yang dilaksanakan secara jamak Qashar tentu tayamun mengganti wudhu. Saya lebih banyak tidur dalam perjalanan pulang. Pramugari menawarkan makanan. Saya tersenyum. Nanti siapkan untuk saya berbuka. Puasa hari ini double pahalanya. Puasa sunnah Kamis dan puasa Asysyuro. Saya pesan semur daging sapi dan nasi putih. Sesuai pesanan dibangunkan untuk berbuka. Pesanan sudah disiapkan. Selesai berbuka shalat Maghrib dan Isya. Mata sudah tidak mau Aldi terpejam. Ku gunakan untuk nonton film 2 Guns. Pelayanan makanan dan minuman nyaris tidak ada putus-putusnya. Ice cream, saya tolak karena biasanya habis minum ice cream sering kena flu. Tawaran berikutnya adalah hidangan minuman hangat saya pilih kopi susu untu dinikmati sambil nonton. Jam 01.00 waktu Indonesia jam 19.00 waktu Abu Dhabi. Crew pesawat sudah diberi aba-aba, selanjutnya salah satu crew memberitahukan kepada seluruh penumpang bahwa pesawat akan transit di Abu Dhabi. Penumpang dari Amsterdam yang ke Abu Dhabi turun sementara penumpang Amsterdam - Jakarta diminta untuk turun juga selama 1 jam. Kami pun turun. Kesempatan buat update berita, di antaranya adalah berita tentang penggeledahan kantor PPI alias rumah kediaman Anas Urbaningrum dan berita kerusuhan di MK oleh Daud Sangadji dan kawan-kawan itu berita online yang terbaca. Usai istirahat 1 jam kami kembali boarding pas. Cukup ketat pemeriksaan, semua yang terbuat dari besi mesti dicopot dari badan karena akan menimbulkan bunyi. Lolos pemeriksaan langsung ke pesawat. Lama sekali rasanya terduduk dalam pesawat. Ternyata delay. Crew pesawat melaporkan pesawat siap take off. Perjalanan Abu Dhabi ke Jakarta membutuhkan waktu 8 jam lebih. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Jam 12.30 pesawat landing. Kami sudah sampai ke Jakarta. Dilaporkan suhu 33 derajat Celcius. Istirahat sekitar dua jam di Jakarta melalui pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Bengkulu kami kembali dan mendarat di Bengkulu jam 16.00 WIB (habis)

Tags :
Kategori :

Terkait