BENGKULU, BE - Pemerintah Kota Bengkulu berencana mengganti patung kuda yang terletak di Simpang Lima Soeprapto dengan patung Fatmawati, istri pertama proklamator Indonesia merdeka, Ir Soekarno. Disampaikan Walikota H Helmi Hasan SE, patung Fatmawati jauh lebih representatif ketimbang patung kuda.
\"Ada pernah tamu dari luar yang bertanya kepada saya, patung kuda itu filosofinya apa. Apakah di Bengkulu ini pernah ada pahlawan yang berkuda layaknya Zoro atau bagaimana. Saya jawab tidak dan sedikit bingung ketika menjawab pertanyaan ini. Makanya mungkin memang cocok bilamana patung kuda yang saat ini berdiri diganti dengan patung ibu Fatmawati,\" ujar walikota, kemarin.
Dijelaskannya, patung Fatmawati lebih cocok dengan aspek kesejarahan Bengkulu. Menurutnya, Fatmawati merupakan putri berdarah Bengkulu yang ditetapkan sebagai orang pertama yang menjahit bendera merah putih yang dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
\"Namun tidak serta merta patung kudanya kita buang begitu saja. Tapi tetap akan kita manfaatkan. Mungkin dengan menaruhnya di Kebun Binatang. Sehingga dengan demikian, kita membangun yang baru tanpa menyia-nyiakan yang lama,\" sampainya.
Untuk mengganti patung kuda yang terletak di jantung ibukota Bengkulu dengan patung Fatmawati, walikota melanjutkan, Pemerintah Kota akan melakukan koordinasi dengan Badan Musyawarah Adat (BMA), tokoh masyarakat, serta warga kota secara keseluruhan. Bilamana pembangunan ini mendapatkan persetujuan, maka pihaknya akan segera melakukan pembangunan.
\"Kalau mayoritas setuju, segera kita bangun. Meskipun ada penolakan dari satu dua orang, saya kira tidak akan menjadi masalah bila mayoritas setuju. Dan yang terpenting lagi adalah komunikasi dengan pihak keluarga Soekarno dan Fatmawati,\" tukasnya.
Direktur PT Tiga Sembilan Perencana, Ir Bimo Harjanto, konsultan perencana yang mendesain pergantian patung ini mengatakan, pihaknya telah melakukan konsultasi dengan pihak keluarga Soekarno dan Fatmawati mengenai hal ini. Oleh pihak keluarga, ia diminta agar patung yang rencananya berbentuk Fatmawati sedang menjahit tersebut dapat dikerjakan dengan serius.
\"Mereka setuju, tapi tidak boleh dibangun sekedarnya. Tidak boleh ecek-ecek. Bangunannya harus berkualitas internasional. Jadi harus elok dan sesuai dengan konteksnya. Mereka sangat menggarisbawahi hal-hal semacam ini,\" urainya. (009)