TARAKAN, BE - Sebuah helikopter milik TNI-AD jenis MI-17, kemarin pagi jatuh di sekitar Desa Apau Ping, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau Kalimantan Utara. Heli tersebut mendapat penugasan untuk mendorong logistik pasukan yang bertugas di pos lintas batas Indonesia Malaysia. Dari Tarakan, heli mengangkut 9 orang yang terdiri dari 2 sipil, 1 petugas zeni dan 6 orang crew. Dalam misinya, helikopter tersebut mengangkut logistik bahan bangunan dan para tenaga kerja (tukang) warga sipil yang diperbantukan untuk membangun pos perbatasan di Pos Bulan. 10 warga sipil yang ikut dalam heli tersebut diangkut setelah helikopter singgah di Desa Apau Ping. Untuk menuju pos lintas batas, memang tidak ada akses jalan sehingga satu-satunya jalur adalah menggunakan helikopter. Kalaupun ada hanya melalui sungai, itupun dibutuhkan waktu hingga tiga hari . “Kalau dari Apau Ping sekitar 15 menit pakai helikopter,” kata Pangdam VI Mulawarman, Mayjen Dicky Wainal Usman, kemarin saat meninjau korban yang selamat di RSAL Tarakan. Dijelaskan Pangdam, lokasi jatuhnya helikopter tidak jauh dari pos perbatasan. Bahkan helikopter sudah sempat mendekati helipad di pos lintas batas. Namun saat helikopter akan mendarat, baling-baling belakang mendadak berputar tak terkendali dan heli terputar-putar di udara. “Akhirnya jatuh dan terbakar,” kata Dicky. Perkiraan sementara, karena cuaca yang tidak baik rotor propeller di belakang helikopter macet. Namun apa kepastian penyebabnya, mabes TNI akan melakukan investigasi. Posisi helikopter sendiri saat ini berada di jurang sebuah tebing yang tingkat kecuramannya sekitar 80 derajat. Sehingga untuk melakukan proses evakuasi, hanya dilakukan oleh petugas khusus dari TNI dan Basarnas. Enam orang korban yang berhasil selamat adalah mereka yang posisinya berada di samping kiri dan kanan pintu helikopter. Pada saat berputar-putar, keenam orang ini terlempar keluar dan selamat. Sementara ke-13 orang korban lainnya, dipastikan meninggal dunia. Keenam orang yang selamat semuanya sudah dievakuasi dan dirawat di RS Angkatan Laut Ilyas Tarakan. “Empat orang mengalami luka bakar cukup serius, dua lainnya luka bakar ringan,” kata Dicky. Yang selamat ini, dua orang adalah anggota TNI dan empat lainnya warga sipil. “Semuanya dalam kondisi sadar,” ujar Dicky. Sementara yang masih di TKP dan diduga kuat meninggal dunia sebanyak 13 orang terdiri dari 5 orang TNI dan 8 warga sipil. Terkait rencana evakuasi, pagi ini sejumlah anggota TNI dan tim Basarnas akan melakukan evakuasi ke lokasi jatuhnya helikopter untuk melakukan pembersihan. Selain dilakukan dari Tarakan dengan menggunakan helikopter milik swasta, proses evakuasi juga didukung personel TNI dari darat. “Kami harapkan semua korban ketemu semua,” harap dia. Namun yang menjadi kendala adalah lokasi jatuhnya helikopter berada di tebing tinggi. “Memang bisa dilihat, tapi perlu alat untuk turun,” tuturnya. Pangdam menegaskan, kondisi helikopter tersebut belum termasuk tua. Helikopter ini buatan rusia dan baru dioperasionalkan tahun 2010. Helikopter ini memang disiagakan untuk menjaga perbatasan. Untuk perbatasan di wilayah Kaltara, TNI memiliki 2 unit helikopter MI-17, satu di Balikpapan dan satu di Tarakan. Saat ditanya apakah muatan helikopter overload karena diketahui membawa sejumlah material bangunan, pangdam memastikan tidak. “Tidak, nanti tim investigasi yang menentukan penyebabnya,” kata dia. Meski korban jatuhnya helikopter MI-17 langsung dievakuasi ke Tarakan, pasukan TNI di Malinau tetap bersiaga untuk mempersiapkan evakuasi darurat jika diperlukan. Seperti yang tampak kemarin, puluhan anggota TNI dari Kodim 0910/MLN dan Yonif 614/RJP disiagakan di Bandara Kolonel RA Bessing, Malinau. Selain itu, tujuh unit ambulance dari RSUD Malinau dari sejumlah puskesmas dan 614/RJP juga disiagakan di bandara. “Rencananya langsung dibawa ke Tarakan. Tapi kalau mendarat disini, kita sudah siapkan untuk evakuasi,” kata Komandan Kodim 0910/MLN, Letkol Inf M. Yamin Dano, kemarin. Sementara itu, salah satu keluarga korban, Ingan Darius sempat mendatangi bandara Kolonel RA Bessing untuk mengetahui kondisi keluarganya. Darius tampak cemas karena semua warga Desa Apau Ping yang ikut dalam penerbangan tersebut masih keluarga dekatnya. “Itu satu keluarga semua mas. Dari keponakan, paman, sampai sepupu saya,” ujarnya dihadapan sejumlah media. Menurut keterangan Darius, mereka ikut dalam rombongan untuk diperbantukan membangun Pos Pamtas Latang yang baru akan dibangun. Sayangnya, tanpa diduga, mereka justru ikut menjadi korban jatuhnya helikopter MI-17 tersebut. (jp)
Helikopter TNI Jatuh Meledak, 13 Tewas dan 6 Terluka
Minggu 10-11-2013,13:30 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :