JAKARTA - Auditor Senior Badan Pemeriksa Keuangan Gatot Supiartono yang dijadikan tersangka pembunuhan Holly Anggela Hayu kepada polisi mengaku memerintahkan komplotan membunuh karena merasa tertekan atas banyaknya permintaan istri sirinya itu.
Namun, Indonesia Police Watch menilai pengakuan itu memang sangat mengejutkan dan tak masuk akal. \"Pengakuan Gatot tersebut memang sangat mengejutkan. Sepintas pengakuan tersebut sulit diterima akal sehat,\" kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada JPNN, Kamis (17/10).
Bukan tanpa alasan Neta berkata demikian. Pertama, ia menjelaskan, mengingat Gatot sebagai orang intelek, cerdas dan selalu bersikap rasional sehingga sangat sulit dipahami bahwa yang bersangkutan bisa bersikap irasional untuk menyewa pembunuh bayaran.
Kedua, lanjut Neta, Gatot sebagai pejabat BPK yang bergaul di kalangan pejabat negara lainnya, terutama jenderal-jenderal polisi dan penegak hukum lainnya tentu lebih bisa menahan diri untuk melakukan pelanggaran hukum menghabisi istri sirinya dengan menggunakan pembunuh bayaran.
Ketiga, tambah Neta, sangat sulit untuk dipahami bahwa Gatot menyewa pembunuh bayaran membunuh istri sirinya tapi meninggalkan jejak yang gampang terlacak, yakni fotonya ada di kamar korban.
\"Tapi sikap emosional yang dipicu rasa tertekan dan stres tingkat tinggi terkadang gampang membuat seseorang menjadi irasional sehingga nekat melakukan hal-hal yang tidak masuk akal,\" kata dia.
Dia menjelaskan, kasus mutilasi yang beberapa kali terjadi di Jakarta menjadi contoh-contoh dalam kasus ini dimana pelaku begitu tega membunuh orang yang dicintainya secara sadis.
Neta melihat dalam kasus Gatot sepertinya yang bersangkutan begitu tertekan dengan banyaknya tuntutan dari Holly. Tuntutan-tuntutan tersebut membuatnya menjadi sangat tertekan hingga menjadi irasional.
\"Seolah kasus pembunuhan Holly rumit padahal sangat sederhana motifnya. Seolah kasus yang dialami Gatot sangat sederhana tapi menjadi begitu rumit baginya tatkala ia tertekan oleh tuntutan Holly,\" Neta menganalisa.
Karenanya, Neta menyimpulkan dengan melihat latarbelakang seperti ini IPW memahami bahwa kasus pembunuhan Holly benar-benar dilatarbelakangi oleh asmara, cinta, sakit hati dan dendam yang membuat tersangka tertekan dan berubah menjadi irasional.
\"Kondisi ini juga dipicu dan terakumulasi oleh kondisi tersangka yang kerap tertekan dan stres akibat kesibukan pekerjaannya sebagai auditor,\" pungkas penulis buku \"Jangan Bosan Mengkritik Polisi\" ini. (boy/jpnn)