Risiko Penyakit Jantung

Senin 30-09-2013,13:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

JANGAN senang dulu jika kini Anda memiliki tubuh ideal dengan berat badan normal. Sebab sebuah studi menemukan bahwa meskipun seseorang memiliki indeks massa tubuh (IMT) normal, ia tetap memiliki risiko untuk terkena penyakit jantung. Seseorang dengan berat badan normal belum tentu memiliki persentase lemak tubuh yang normal pula. Inilah sebabnya mengapa ia juga berisiko untuk bisa terkena penyakit yang biasanya dimiliki oleh orang gemuk. Dilansir Reuters, Sabtu (28/9/2013), para peneliti dari Dartmouth-Hitchcock Medical Center, Lebanon, mencoba untuk mengkaji data dari 1.528 orang dengan IMT normal. Mereka menemukan bahwa 1 dari 5 pria dan 1 dari 3 wanita memiliki persentase lemak tubuh yang justru di atas normal. Studi ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa orang dengan berat badan normal juga masih mungkin untuk memilik lemak dalam jumlah banyak. Padahal kelebihan lemak tubuh ini berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. \"Hanya karena seseorang memiliki IMT normal bukan berarti mereka secara metabolik juga normal,\" ungkap pemimpin peneliti studi tersebut, Dr John Batsis, yang juga merupakan seorang dokter geriatrik dari Dartmouth-Hitchcock Medical Center, Lebanon. Para peneliti ini kemudian melakukan analisis lagi dari survei nutrisi nasional. Secara khusus mereka mengkaji data orang dewasa berusia rata-rata 70 tahun dengan berat badan normal. Total sekitar 902 orang responden meninggal selama 13 tahun pengkajian, termasuk 419 di antaranya meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Dr Batsis dan rekan-rekan penelitinya menemukan dari hasil survei tersebut bahwa mereka dengan persentase lemak tubuh tertinggi lebih mungkin untuk memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan sindrom metabolik. Dua kondisi tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan masalah jantung dan diabetes. IMT sebenarnya beberapa kali diungkapkan tidak bisa mengukur secara pasti persentase lemak tubuh, namun para dokter dan praktisi klinis masih sering menggunakannya karena dianggap mudah digunakan, praktis, dan terjangkau. Dr Javier Salvador, ahli endokrin dari University Clinic of Navarra, Spanyol, yang tidak terlibat sama sekali dengan penelitian ini, menyatakan bahwa IMT tidak bisa dijadikan acuan untuk mengukur lemak. \"Data seperti IMT, meskipun selama ini sudah sering dilakukan untuk mendiagnosis diabetes, sebenarnya tidak cukup tepat untuk menyimpulkan apakah seseorang memiliki status metabolik abnormal,\" ujar Dr Salvador. Oleh sebab itu, Dr Batsis menyarankan para dokter untuk lebih menerapkan metode edukasi pada para pasiennya agar lebih hidup sehat. Misalnya dengan mengontrol tekanan darah, menjaga berat badan tetap normal dan mengatur pola makan sehat. (net)

Tags :
Kategori :

Terkait