SULIT dimungkiri, darah Muhammad Denda Zericka Alexander, mengalir genetik berketurunan diabetes. Hal itu diturunkan dari ayahnya.
Tidak ingin terjadi pada dirinya, Denda melakoni program diet selama dua tahun terakhir. Ditambah pula dengan menjalankan program diet Obsessive Corbuzier\'s Diet (OCD). Berat badannya yang semula 115 kg, kini menjadi 85 kg.
Secara medis, tubuh Denda disebut endomorp. Yakni, ditujukan pada mereka yang memiliki bentuk badan bulat, gempal dan besar. Tipe tubuh ini sulit untuk menurunkan berat badan.
\"Bapak saya juga keturunan diabetes. Nah, waktu semester empat, saya mulai berpikir, selama ini saya sudah menjalani pola hidup yang salah. Makanya mulai olahraga, mulai perbaiki pola makan,\" terang Denda, yang Juni lalu baru menyelesaikan studi Sarjana (S-1) Ilmu Komunikasi, Fisipol, Unmul. Dia mengaku sudah gemuk dan bulat sejak SD.
Awal diet bagi Denda dirasa begitu sulit. Yang biasanya makan enak, banyak, tiba-tiba harus tahan dengan memakan sayuran, buah-buahan dan menikmati santapan tanpa garam serta penyedap rasa.
Lama-kelamaan, dia melihat perubahan positif, sehingga termotivasi dan mulai membiasakan diri. \"Tapi masih diet yoyo pas awal-awal, turun kemudian malah naik. Makan sayur melulu, tidak ada rasanya, otomatis bosan. Saat bosan itu kadang makan yang agak berat lagi,\" ungkap Denda.
Apalagi kata dia saat mengerjakan skripsi yang selalu tidur malam. \"Tengah malam itu kan lapar, jadi makan lah,\" ingat Denda.
Selain melawan endomorp, pria dengan tinggi 173 cm ini mengaku, ingin menjaga penampilan. Karena dengan tubuh lebih langsing, dia merasa kian percaya diri. \"Bawaannya ringan, cari pakaian juga mudah,\" tutur anak dari pasangan Ida Nuraida dan Akhmad Riyadi.
Untuk hasil maksimal, Denda juga ikut fitness. Dia mengaku lebih memilih angkat beban, karena maksimal membakar lemak. Fitness dilakukan selama enam hari dalam seminggu. Biasanya, dalam sehari dia lakukan selama dua jam.
\"Sebenarnya ada yang jual obat diet, tapi saya tidak mau mengonsumsi itu. Takut dengan efek sampingnya,\" terang pria kelahiran Tenggarong, 10 Juni 1992 ini.
Hampir dua tahun menjalani program diet itu, Denda berhasil menurunkan hingga 20 kg, hingga akhirnya menemukan program diet ala Deddy Corbuzier, yakni OCD.
Menurutnya, OCD lebih cepat. Baru memulai dari Agustus lalu, berat badannya sudah turun lagi sebanyak 10 kg. Dia menjelaskan, OCD intinya adalah puasa dengan berbagai macam jendela-jendela makan.
\"Ada empat jam jendela makan, enam jam jendela makan, delapan jam, hingga 24 jam,\" jelas alumnus SMA YPK Tenggarong ini.
Pada minggu pertama, pria penghobi traveling ini mengambil empat jam jendela makan, yakni hanya makan dari pukul 13.00-17.00 Wita, selebihnya dia puasa. Pada jam itu, disebutkan, bisa makan apa saja, baik berlemak dan makanan berat lainnya, dengan catatan tidak berlebihan.
\"Di luar jam tadi saya puasa, tapi bisa minum. Asal kalori tidak masuk, karena satu kalori saja pasti akan gagal,\" ungkapnya.
Berangsur-angsur, Denda berpindah, minggu kedua pilih enam jam jendela makan. Hingga sekarang, dia sudah terbiasa yang 24 jam jendela makan.
\"Makannya sekali saja, pukul 14.00 Wita. Anehnya, tidak membuat mag saya kambuh. Beda dengan diet yang saya lakukan sebelumnya,\" bebernya.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini mengungkapkan, OCD berhubungan dengan Human Growth Hormon (HGH). Yakni membuat hormon bisa berimbang. Sepengetahuannya, dengan HGH juga dapat membuat orang bisa awet muda, kemudian dapat mengatasi penyakit kolesterol, diabetes dan lainnya.
\"Biar ingat terus dengan program dietnya, kadang saya menulis note di BB (BlackBerry), kemudian pasang wallpaper yang badannya ideal,\" papar pria yang sekarang bekerja sebagai wirausaha ini. (*/gus/ica/k8)