Mesin Rontgen Rusak, Pelayanan Lumpuh

Rabu 11-09-2013,19:30 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

BENTENG, BE - Sejak 3 minggu terakhir mesin Rontgen di RSUD Benteng. Kondisi ini membuat pelayanan kesehatan di RSUD Benteng terhadap masyarakat lumpuh. Terutama pada pelayanan pemeriksaan organ dalam yang menggunakan mesin rontgen. Hal ini disampaikan Direktur RSUD Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng), dr Saiboy N Siregar, \'\'Kita mohon maaf kepada masyarakat. Karena tidak bisa melayani permintaan rontgen. Saat ini alatnya dalam kondisi rusak. Alat itu hibah dari RSUD Bengkulu Utara dan usianya memang sudah tua. Jadi sebenarnya wajar saja kalau rusak dan harus diganti.\'\' Menurut Saiboy, selama ini mesin rontgen itu memang sudah sering rusak. Namun, selama ini mesin rontgen sudah berusia lanjut itu masih bisa diperbaiki. Kali ini kerusakan mesin rontgen itu sudah semakin parah, sehingga tidak bisa diperbaiki lagi. Kalaupun dipaksakan tetap diperbaiki, bila digunakan nanti hasil rontgennya tak bisa bagus lagi. \"Memang mesin rontgennya sudah tidak layak lagi,\" terangnya. Saiboy menuturkan managemen RSUD Benteng sudah berusaha keras untuk membeli mesin rontgen yang baru, sebagai pengganti mesin yang rusak tersebut. Ia sudah mengusulkan anggaran pembelian mesin rontgen itu dalam APBD 2013. Hanya saja saat pembahasan draft anggaran di DPRD, usulan itu ditolak dan dananya dicoret. Tidak mau menyerah begitu saja, pada APBD-P 2013, usulan itu diajukan kembali. Namun hingga kini belum ada khabarnya. Anggaran pembelian mesin rontgen senilai Rp 500 juta tersebut disetujui atau tidak oleh tim anggaran Pemkab dan DPRD Benteng. \"Kita sudah sering mengusulkan pembelian alat rontgen itu, namun selalu ditolak,\" jelasnya. Atas kondisi itu, saat ini bila ada pasien yang harus dirontgen, RSUD Benteng terpaksa melemparkannya atau merujuknya ke RSUD M Yunus Bengkulu. Hal ini tentu saja menyulitkan pasien dan keluarganya. Karena untuk ke RSUD M Yunus, pasien harus menggunakan ambulance atau mobil. Hal itu membuat pasien harus mengeluarkan uang lebih untuk biaya sewa ambulance atau mobil tersebut. Selain itu pengobatan pasien pun juga harus memakan waktu lama. Karena harus berangkat ke Kota Bengkulu dahulu. Kalau alat mesin rontgen itu tersedia di RSUD Benteng dalam kondisi bagus, tentu kesulitan itu tak perlu dialami pasien dan keluarganya. Keluhkan Obat Mahal Bukan hanya rusaknya mesin rontgen kendala masyarakat di Bengkulu Tengah berobat di RSUD Benteng. Masyarakat juga mengeluhkan mahalnya biaya obat-obatan di rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut. Biaya itu jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan biaya di rumah sakit lain apalagi berobat di Puskesmas. \"Biaya obat dan jasa di RSUD Benteng ini sudah tidak masuk akal,\" aku warga Kecamatan Taba Penanjung, Ani (45), kemarin ketika ditemui di RSUD Benteng. Hal serupa juga dikeluhkan oleh Ari (30). Ia mengeluhkan bukan hanya biaya pengobatan yang mahal, namun pelayanan dari petugas di RSUD Benteng terkesan semau hatinya saja. Contohnya, tenaga medisnya jarang stand by di rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut. Hal itu membuat saat pasien membutuhkan pelayanan pengobatan tidak bisa mendapatkannya dalam waktu cepat. \"Kalau seperti ini, bukan membantu masyarakat namun malah menyengsarakan,\" kritiknya. Ketika dikonfirmasi Direktur RSUD Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng), dr Saiboy N Siregar tidak menampik keluhan dari masyarakat tersebut. Alasannya, kata Sayboy karena untuk pembelian obat-obatan RSUD Benteng tidak mendapatkan subsidi atau dana bantuan, baik dari Dinkes Kabupaten Benteng, Dinkes Provinsi Bengkulu maupun Kemenkes RI. RSUD Benteg harus membeli sendiri obat - obatan, dengan menggunakan uang dari hasil pembayaran biaya pengobatan pasien rumah sakit tersebut. \"Obat mahal, wajar karena kami tidak ada mendapatkan subsidi pembelian obat,\" terangnya. Hanya saja, menurut Sayboy untuk persoalan tarif jasa pelayanan medis itu, sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti Peraturan Bupati (Perbup) dan Peraturan Daerah (Perda). Tarif yang diberlakukan itu tidak ditambahi oleh petugas rumah sakit untuk mendapatkan keuntungan. Untuk saat ini obat gratis yang diberikan pada konsumen hanya sebatas obat Malaria dan TBC. Obat itu memang diberikan gratis dari Kementerian Kesehatan RI. Hal itu, juga berlaku bagi seluruh rumah sakit di Provinsi Bengkulu ini. \" Jika tarifnya mau diturunkan itu wewenang DPRD, tentu harus ada subisidinya. Kita hanya menjalankan saja,\" pungkasnya. (111)    

Tags :
Kategori :

Terkait