JAKARTA - Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) Rizal Ramli mengatakan budaya feodal dan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi hambatan utama Bangsa Indonesia untuk ‘terbang’. Padahal, berbekal semangat merah-putih dan kualitas sumber daya manusia yang bagus, bangsa ini bisa ‘terbang’ tinggi, mengalahkan bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara.
“Saya teringat lukisan Yayak Kencrit yang melukis anak muda Indonesia yang sebetulnya bisa terbang tinggi dengan berpegang pada bendera merah putih yang melambangkan semangat dan nilai-nilai kebangsaan. Anak muda ini mendekap buku sebagai simbol ilmu pengetahuan di dadanya. Namun pada bagian kakinya ada dua batu besar bertuliskan KKN dan feodalisme,” kata Rizal Ramli, saat memberi arahan pada peserta pengkaderan Laskar Anti Korupsi (Laki) Pejuang 45, di Jakarta, Rabu (4/9).
Yayak Kencrit yang dimaksudkan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid ini adalah pelukis ‘mbeling’ yang lari ke Jerman saat Orde Baru. Yayak sendiri alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bersama-sama Rizal Ramli dan kawan-kawannya menentang dipilihnya lagi Pak Harto sebagai presiden pada 1978.
Rizal Ramli lantas bercerita soal sikap seorang wali kota. Dia sangat prihatin ketika melihat dengan mata kepala sendiri seorang wali kota yang untuk makan siang saja dikawal tujuh ajudan. Kata dia, sikap seperti itu merupakan bentuk budaya feodal.
\"Yang lebih membuat saya miris, sang walikota yang sangat feodal itu harus dibantu stafnya saat memasukkan sepatu ke kakinya usai makan,\" ungkap Rizal, tapi enggan menyebut siapa walikota dimaksud. (fas/jpnn)