Berkarya Agar Film Indonesia tak Diremehkan Dunia

Minggu 25-08-2013,09:40 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Film ini tidak hanya sukses di dalam negeri, namun juga di negeri asal Zamora. Bahkan film Sarjono ini berhasil mendapatkan ‘Great A’, sebuah penilaian tertinggi yang diberikan lembaga sensor film di sana. Karena mendapatkan prestasi itu, pemerintah Philipina memberikan kebebasan pajak untuk film ini dengan tujuan agar industri film Philipina juga bisa menghasilkan karya-karya berkualitas layaknya The Witness.

The Witness bagi Sarjono bukan hanya pembuktian karyanya bisa menembus pasar Asia, tapi juga sebuah pembuktian bahwa anak Indonesia bisa melahirkan karya-karya yang layak ditonton penikmat film di banyak negara.

“Rasanya miris sekali, bila duduk bersama sineas di luar negeri dan mereka seolah meremehkan film-film buatan Indonesia. Padahal secara kualitas dan kemampuan, tidak ada yang kurang di kita. Hanya soal kemauan, kesempatan dan keberanian dalam berkarya,” kata Sarjono.

Film bagi Sarjono adalah bahasa visual yang bisa dipahami oleh kelompok masyarakat manapun di belahan dunia mana saja. Karena itu baginya sebuah film bisa menjadi media menyampaikan pesan dan sarana memperkenalkan tanah lahirnya, Indonesia. Dari film Sarjono belajar menghargai sebuah ide dan kreatifitas. Ia juga menemukan kepuasaan batin ketika karyanya bisa mendatangkan kebahagiaan bagi banyak orang.

“Kadang saya sering datang ke bioskop, berbaur dengan penonton dan melihat reaksi mereka tentang film saya. Jika mereka tetap duduk sampai film selesai dan menunjukan wajah puas, saya akan senang sekali. Rasa puasnya susah diungkapkan dengan kata-kata,” ujar Sarjono.

Atas dasar rasa cintanya pada sebuah karya itulah, Sarjono memiliki syarat khusus ketika membiayai sebuah film. Ia tidak mau menggunakan sutradara dan penulis naskah dari luar negeri.

“Artis boleh dari mana saja, tapi untuk sutradara dan penulis naskah harus asli Indonesia. Sehingga karya ini akan dikenal dan dikenang sebagai hasil karya anak Indonesia. Syukur-syukur melalui film bisa membanggakan Indonesia di mata dunia,” kata Sarjono bercita-cita.

Hal ini dibuktikan Sarjono dalam film teranyarnya, Guardian. Dalam film ini, Sarjono manggaet bintang Hollywood, Sarah Carter, sebagai pemeran utama. Bagi artis yang pernah main di Final Destination 2, The Vow, dan Falling Skies  tersebut, ini merupakan pengalaman pertamanya syuting untuk film Indonesia.

Sarjono mengatakan nyaris tidak ada kendala saat mengajak Sarah Carter bermain di filmnya. Begitu dikirimi naskah yang merupakan ide kreatifnya, Sarah langsung menyenangi dan bersedia untuk bekerjasama. Selama hampir 2 bulan, Sarah melakoni syuting di Jakarta dan sekitarnya.

“Ini sebuah bukti bahwa ada orang luar yang mau bermain di film kita dan tidak meremehkan kemampuan yang kita punya. Kemampuan Sarah dalam berakting sangat cocok dengan karakter yang dibutuhkan Guardian dan hasilnya luar biasa,” kata Sarjono.

Sarjono pun menunjukan kelasnya sebagai eksekutif produser ‘Hollywood’ milik Indonesia saat proses syuting Guardian. Tak tanggung-tanggung, untuk pertama kalinya dalam produksi film layar lebar Indonesia, adegan syuting diambil dengan menutup total satu jalan layang di tengah kepadatan kota Jakarta. Kala itu yang ditutup adalah jalan layang karet Bivak, Jakarta Selatan.

Di lokasi ini kru film Guardian melakoni syuting mulai dari pagi hingga sore hari.  Aksi kejar-kejaran, tembak menembak dan tabrakan berpadu dengan efek visualisasi yang dahsyat, dengan latar belakang gedung tinggi ibukota, membuat Guardian disebut-sebut sebagai film dengan budget termahal yang pernah dibuat rumah produksi film Indonesia.

“Guardian akan tayang tak lama lagi. Semoga bisa dinikmati tidak hanya di Indonesia, tapi juga bisa kita sajikan bagi penikmat film di seluruh dunia. Kita akan tunjukan bahwa sineas Indonesia juga bisa berkarya ala Hollywood sana,” kata Sarjono penuh semangat.

Film Guardian yang menghadirkan bintang film Hollywood asal Kanada, juga mendapat apresiasi dari istri Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Teresa Rozkiewicz. Ia memuji kualitas dan keberanian Sarjono dalam berkarya dan yakin film ini akan dinikmati tidak hanya di Indonesia.

“Ini sebuah film yang luar biasa. Selain mengambil adegan asli di Jakarta, film ini sangat menarik karena berkisah tentang cinta seorang Ibu kepada anaknya,” puji Rozkiewicz. (***)

Tags :
Kategori :

Terkait