NEWYORK - Sekelompok peneliti Amerika Serikat berhasil menemukan cara untuk menaikkan tingkat kekebalan tubuh dalam upaya menyerang sel kanker.
Sistem imun dalam tubuh manusia diseimbangkan dengan sangat rapi dan didesain untuk langsung menyerang zat asing yang masuk ke dalam tubuh, tetapi tidak terhadap bagian jaringan yang sudah ada di dalam badannya sendiri.
\"Dari hasil tes terhadap hewan, penelitian menunjukkan pengubahan pola keseimbangan ini bisa menjadi jalan masuk upaya perawatan terhadap kanker,\" ungkap Dr Wayne Hancock, tim peneliti dari RS Anak Philadelphiaseperti dilansir science (18/8).
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Nature Medicine. Ada banyak jenis penyakit yang disebabkan oleh sistem imun tubuh yang berubah menyerang jaringan tubuhnya sendiri, misalnya diabetes tipe satu atau penyakit multiple sclerosis.
Salah satu titik penting dalam penelitian ini yang menyasar upaya pengobatan kanker maupun penyakit akibat sistem autoimun adalah sel Treg.
Sel ini adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang dalam kondisi normal akan berfungsi menenangkan seluruh jaringan untuk mencegah sistem kekebalan menyerang tubuhnya sendiri.
Para peneliti mencoba mengganggu sistem kerja sel Treg ini dan mendorong agar sistem kekebalannya terpengaruh sehingga melepaskan serangan terhadap sel kanker.
\"Kami harus menemukan cara untuk mengurangi fungsi kerja sel Treg agar bisa melakukan tugas anti tumor tanpa menimbulkan reaksi auto imun,\" lanjutnya.
Dalam penelitian ini para ahli membiakkan tikus percobaan yang kekurangan zat kimia yang dibutuhkan Treg agar dapat bekerja dengan efektif. Ahli kemudian menyuntikkan obat yang menghasilkan efek yang sama dengan tikus yang hidup normal.
Dalam kedua eksperimen tersebut pergerakan dalam sistem kekebalan berhasil membatasi pertumbuhan satu tipe kanker paru.
\"Hasil tersebut benar-benar mengubah medan penelitian ke arah sebuah obat baru yang sangat berpotensi besar menjadi terapi kekebalan baru terhadap kanker,\" tegas Dr Hancock.
Meski demikian perkembangan ke arah sana diperkirakan masih akan berlangsung lama.
Masih dibutuhkan serangkaian tes lanjut yang dibutuhkan untuk memastikan apakah proses yang sama dapat dimanipulasi dalam sistem kekebalan tubuh sebelum bisa diujicobakan secara klinis pada manusia. (esy/jpnn)