BENGKULU, BE - Sebuah kapal penangkap ikan asal Cilacap Jawa Tengah dengan nomor kapal CTW 14 KM Jimmy Jaya, milik Apong asal Cina, terbakar di perairan pulau Provinsi Lampung Barat, Senin lalu (12/8).
Kapal ini diketahui membawa 13 Anak Buah Kapal (ABK). Akibat kejadian ini, 3 ABK dinyatakan hilang, yakni Topi (21), Gito (18) dan Doni (22). Ketiganya merupakan warga asal Cilacap Jawa Tengah.
Sedangan 10 yang selamat yakni, Edi Irawan (35), warga Cilacap yang merupakan nahkoda kapal, Bomo (30) asal Cilacap, Alex (26) asal Surabaya, Gianto (22) asal Cilacap, Jono (26) asal Cilacap, Bandi (25) asal Cilacap, Deni (23) asal Palembang dan Emal (18) asal Cilacap. Serta 2 lainnya Kasihan (30) asal Cilacap dan Zaki (30) asal Berebas.
Edi yang merupakan nahkoda kapal menjelaskan, kapal tersebut berangkat dari Muara Baru Jakarta tanggal 27 Juni untuk mencari ikan di perairan Lampung Barat tepatnya Kota Agung. Namun saat kapal hendak pulang tanggal 8 Agustus, kapal tiba-tiba mengalami kerusakan di bagian mesin. Namun setelah menunggu perbaikan dari mekanik kapal selama 3 hari. Karena terasa lapar beberapa ABK memasak dengan menggunakan kompor. Naas, saat ditinggal, kompor tersebut meledak hingga menghanguskan seluruh bagian kapal.
“Awalnya kapal kami hanya mengalami kerusakan di bagian mesin. ABK bagian mesin berusaha memperbaiki, tidak berhasil. Tiba-tiba sekitar pukul 17.50 ada suara ledakan dari tempat masak. Kami lihat api sudah besar, karena disamping itu ada minyak solar, makanya api cepat besar,\" papar Edi saat ditemui di kantor kesehatan Pulau Baai Bengkulu, kemarin (18/8).
Setelah terbakar sambung Edi, KM Jimmy Jaya tidak langsung tenggelam, melainkan masih bisa bertahan hingga keesokan harinya. Namun posisi kapal sudah setengah karam. Baru sekitar pukul 05.00 pagi kondisi kapal sudah tidak bisa dipertahankan akhirnya tenggelam. “Kami sempat berusaha memadamkan api, tapi karena terlalu besar api sudah tidak bisa dipadamkan lagi,\" ujarnya.
Setelah melihatnya kapal akan segera karam, para ABK terpaksa menceburkan diri ke laut untuk menyelamatkan diri dengan menggunakan busa dan peralatan seadanya. \"Kami itu semuanya 13 orang, tapi Kasihan dan Zaki, sudah duluan pulang saat kami menyetorkan ikan ke kapal lain, dia ikut pulang,\" ujarnya.
Selama kurang lebih 6 hari cerita Edi, ia dan para ABK itu terombang ambing di tengah lautan. Mereka hanya pasrah dengan menggunakan sekoci untuk menunggu pertolongan nelayan lain, hingga akhirnya mereka ditemukan oleh Kapal Tangker MF Elephant dari Cilacap yang hendak menuju India dan Saudi Arabia. Mereka ditemukan dalam kondisi lemas akibat kekelahan.
\"Kami selama 6 hari itu gak makan, kami bertahan hidup cuma minum air hujan saja untuk basahi tengorokan. Saya gak duga kalau bisa selamat gini, karena saat kejadian itu kami cuma pasrah saja pada Tuhan,\" ungkap Edi.
Setelah diselamatkan oleh kapal Tengker MF Elephant, Edi dan 7 ABK lainnya langsung dibawa ke daerah Pulau Tikus Provinsi Bengkulu. Sesampai di daerah pulau Tikus, para ABK tersebut langsung serahkan ke kapal KNP 359 milik Kantor Kesahbandaraan dan Otoritas Pelabuhan Pulau Baai (KSOP). Setelah dievakuasi, para ABK langsung dibawa ke kantor Kesehatan Pelabuhan Kota Bengkulu.
Sementara itu, Kepala Kantor Sar Kota Bengkulu Toto Molyono mengatakan, ia mendapatkan informasi bahwa ada kapal terbakar tersebut dari Basarnas pusat. Setelah mendapatkan kabar tersebut ia bersama tim gabungan Lanal, PMI langsung berangkat sekitar pukul 08.30 WIB Minggu (18/8). \"Kita menjemput para ABK ini 8 mil dari Pulau Baai,\" ungkap Toto.
Saat ini para ABK yang selamat masih dalam pengawasan pihak Adpel Kota Bengkulu, karena kondisi para korban masih dalam kedaan lemas. \"Saat ini kita rawat dulu di sini, untuk pemulangan kepada keluarganya kita masih kordinasi dulu,\'\' jelasnya. (618)