CURUP UTARA, BE - Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Bengkulu
Chanifuddin, SH sekitar pukul 22.30 WIB, Sabtu (27/7) melakukan
kunjungan mendadak ke gedung Thoreqoh Naqsyabandiyah di Desa Suka Datang Kecamatan Curup Utara. Kunjungan yang didampingi Bupati Rejang Lebong H Suherman SE MM, Kepala Kejaksaan Negeri Curup Sri Susilawati SH, serta perwakilan kantor Kementerian Agama Rejang Lebong tersebut, dilakukan Kajati untuk melihat langsung aktivitas para jemaah yang sedang mengikuti kegiatan suluk (zikir) gelombang ke dua.
Pantauan Bengkulu Ekspress, tim yang tergabung dalam Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) tersebut, kembali meninjau kelambu berukuran 1 x 1 meter yang menjadi lokasi suluk para jemaah Thoreqoh Naqsyabandiyah. Bahkan mengikuti langsung materi zikir dan ajaran yang disampaikan langsung guru Thoreqoh Naqsyabandiyah Buya Rasyid Syah Fandi kepada 149 jemaah yang ikut dalam kegiatan suluk.
Dalam materinya, Buya Rasyid Syah Fandi memaparkan bermacam penyakit hati yang dimiliki oleh manusia, sehingga membuat manusia tega melakukan kerusakan dan saling menyakiti antar sesama. \"Hawa nafsu, setan dan iblis bersarang di dalam tubuh kita, karena itu harus
dilawan dengan zikir agar tercipta kedamaian di dunia ini,\" kata Buya
Rasyid Syah Fandi kepada para muridnya.
Usai memberikan materi, tim PAKEM yang dipimpin Kejati Bengkulu
bersama bupati melakukan dialog langsung dengan para guru termasuk
Buya Rasyid Syah Fandi yang menjadi guru besar Thoreqoh Naqsyabandiyah, terkait berbagai aktifitas yang dilakukan para jemaah
dari berbagai daerah dalam kegiatan suluk. Beberapa pertanyaan yang disampaikan tim PAKEM diantaranya soal kabar yang berkembang di masyarakat menyebutkan gedung Thoreqoh Naqsyabandiyah sebagai lokasi naik haji para jemaah. Menanggapi hal itu dengan tegas Buya Rasid Syah Fandi membantah kabar tersebut.
\"Itulah kesalahan persepsi masyarakat, yang benar itu bukan naik haji,
tetapi naik kaji yang artinya para murid menerima tingkatan pelajaran baru. Saya tegaskan, tahun ini InsyaAllah akan ikut melaksanakan ibadah haji di Mekkah, jadi tidak benar naik haji di Suka Datang seperti yang selama ini berkembang di masyarakat,\" tegas Buya.
Buya menegaskan telah melakukan rapat dengan para guru Thoreqoh Naqsyabandiyah untuk merubah istilah naik kaji menjadi naik pelajaran.
Bahkan soal ukuran kelambu yang menjadi tempat zikir pada jemaah.
\"Ukuran kelambung sebenarnya warisan dari leluhur, namun tidak ada
aturan dalam hadits nabi, zaman dahulu orang berzikir dengan menggali tempat tanah, namun di beberapa negara tidak bisa hal itu diterapkan
karena cuaca berbeda. Tahun depan insyaAllah kita akan memperluas
ukuran kelambu 1,5 x 1,5 meter, serta membatasi jumlah peserta. Kami
sangat berterima kasih atas kedatangan tim ini,\" ungkap Buya.
Buya juga menjawab pertanyaan tim PAKEM soal jadwal puasa para jemaah Thoreqoh Naqsyabandiyah. \"Saya sempat protes saat menonton di televisi, Menteri Agama menyatakan biarkan jemaah Thoreqoh Naqsyabandiyah puasa lebih dulu. Kami tegaskan jika zaman telah canggih dengan peralatannya untuk melihat hilal, maka apalagi keraguan umat Islam untuk ikut penetapan hilal oleh pemerintah. Sebagaimana handits nabi untuk mengikuti Allah, Rasul dan pemimpin dalam hal ini pemerintah,\" kata Buya.
Setelah puas melakukan dialog, Kajati Bengkulu berkesempatan
memberikan bantuan uang untuk jemaah Thoreqoh Naqsyabandiyah yang diserahkan langsung kepada Buya Rasyid Syah Fandi. Kepada wartawan Kajati menegaskan akan mendukung kegiatan para jemaah Thoreqoh Naqsyabandiyah.
\"Kita lihat sendiri tidak ada penyimpangan ajaran aliran agama di sini, kita akan mendukung kegiatan ini. Hanya saja memang kedepan harus diberikan pelayanan yang lebih baik sehingga tidak ada jemaah yang sakit dan meninggal dunia,\" pinta Kajati.
Hal senada juga disampaikan Bupati RL, secara tegas meminta calon
jemaah suluk yang menderita sakit untuk tidak memaksakan ikut dalam
kegiatan suluk, dan lebih memperketat persyaratan para jemaah agar tidak lagi ada jemaah yang meninggal dunia. \"Kunjungan yang dilakukan
Kajati ini untuk membuktikan sendiri aktivitas jemaah Thoreqoh Naqsyabandiyah seperti apa, sehingga tidak ada kesalahan dalam pelaporan terkait aktivitas jemaah di Desa Suka Datang ini,\" tegas bupati. (999)