Ichwan Yunus Menata Karir di Lingkaran Birokrasi (5)

Selasa 28-05-2013,10:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Banyak pihak, termasuk Direktur Keuangan PLN sendiri merasa puas dengan gagasan dan hasil kerja Ichwan. Ia menganggapnya sebagai prestasi yang cukup gemilang untuk seorang Direktur Muda yang baru saja menjabat dan usianya juga relatif masih muda.

Bagi Ichwan sendiri, sudah menjadi karakternya yang seolah dingin bila memperoleh keberhasilan atau prestasi. Dalam perjalanan studi yang penuh prestasi dan karirnya sebagai akuntan yang relatif mulus tersebut.  Selalu saja direspon dengan hanya tersenyum kecil, tidak ada ekspresi berlebihan, bangga apa lagi pongah. Prinsip yang istiqomah dipelihara oleh Ichwan dalam menjalankan tugasnya adalah bekerja sungguh-sungguh, ikhlas dengan target yang ketat.

Di samping banyak pihak yang merasa puas dan memberi pujian terhadap prestasi Ichwan. Namun banyak pula yang merasa kecewa dan “dirugikan” atas kebijakan pembayaran BBM terpusat ini.

Kecaman paling keras berasal dari sébagian besar Kepala Wilayah PLN seluruh Indonesia, yang kemudian melakukan protes keras kepada Direktur Utama PLN. Komplain dari sebagian besar Kepala Wilayah PLN tersebut bisa dimengerti. Selama ini mereka mempunyai kewenangan mengelola keuangan PLN puluhan bahkan ratusan miliyar, maka tiba-tiba kewenangan itu diambil alih oleh pusat.

Atas protes tersebut, Direktur Utarna PLN juga seolah sudah terpengaruh dan ikut mengecam Ichwan, dengan menyebutnya sebagai trouble mister. Ichwan dapat mengerti mengapa Direktur Utama juga ikut-ikutan tidak menyenanginya, yang sebenarnya dia tidak sungguh-sungguh mengecam Ichwan.

Jika Dirut sungguh-sungguh mengecamnya dan tindakan Ichwan tersebut dianggapnya sudah melanggar ketentuan, maka sangat gampang baginya untuk memecat Ichwan. Namun hal itu tidak dilakukan Dirut, karena sesungguhnya dia setuju dengan manuver yang dilakukan\" Ichwan bersama dengan Ditertur Keuangan PLN.

Tetapi sebagai dirut tentu saja tidak mau kehilangan wibawa dimata para Kepala Wilayah hanya gara-gara manuver seorang Ichwan. Ia ingin menunjukkan kepada Kepala-kepala Wilayah, bahwa kebijakan itu bukan idenya.

Ichwan sama sekali tidak tersinggung, gusar atau khawatir dengan kemarahan Direktur Utama ini. Ia yakin betul bahwa kemarahan Dirut tersebut bukannya karena tidak setuju dengan kebijakan pembayaran BBM terpusat, tapi karena kewalahan dengan klaim sebagian besar Kepala Wilayah PLN yang merasa dirugikan.

Andai Direktur Utama tidak menyetujui, tidaklah berat baginya untuk membatalkan kebijakannya tersebut, cukup dia panggil Direktur Keuangan dan mungkin Ichwan sendiri sebagai pelaksana. Lalu memerintahkan untuk membatalkan kebijakan tersebut. Namun hal tersebut tidak dilakukan Direktur Utama, itu artinya dia bukannya tidak setuju, tetapi mungkin hanya untuk mengeliminir kemarahan Kepala-kepala Wilayah agar situasinya tidak semakin memanas.

Ichwan dan kawan-kawannya dengan dukungan penuh Direktur Keuangan menjelaskan kepada Kepala-kepala Wilayah, kebijakan tersebut ditempuh hanya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Khususnya penyehatan manajemen keuangan perusahaan supaya dapat diaudit, sama sekali jauh dari kepentingan individu atau pun kelompok tertentu.

Lagi pula sistem pembayaran terpusat ini dijamin tidak akan mengganggu atau menghambat kebutuhan-kebutuhan pendanaan Wilayah PLN. Tidak lama setelah itu, sistem pembayaran BBM terpusat berjalan efektif dan secara berangsur semua pihak terutama kepala-kepala Wilayah PLN dapat memahami kebijakan tersebut.

Pelajaran yang bisa dipetik oleh Ichwan atas reaksi keras para Kepala Wilayah PLN tadi, terlihat jelas bahwa mereka belum memahami betul tentang apa dan sejauh mana pentingnya peranan manajernen keuangan perusahaan. Perusahaan dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang sehat menurut manajemen keuangan modern.

Untuk itu, masih dalam rangka penyehatan manajernen keuangan PLN, maka langkah selanjutnya yang dilakukan  Ichwan adalah mentrain semua pemimpin Wilayah PLN tentang laporan keuangan selama lebih kurang satu minggu. Output dari pelatihan ini adalah semua pimpinan Wilayah PLN mengerti dan memahami apa itu laporan keuangan dan menyadari peran pentingnya laporan keuangan.

Terobosan Ichwan dengan mentrain para Kepala Wilayah PLN seluruh Indonesia ini ternyata sangat efektif untuk kelancaran program penyehatan keuangan PLN selanjutnya.

Terbukti setelah itu setiap melakukan pemeriksaan laporan keuangan ke wilayah-wilayah PLN, Ichwan beserta timnya mendapatkan pelayanan dan dukungan yang baik dari pimpinan dan jajarannya. Tugas-tugas pemeriksaan Ichwan dapat berjalan lancar. Dalam tempo lebih kurang enam bulan Ichwan beserta timnya dapat menyelesaikan tugas pokoknya, sesuai dengan target dan waktu yang direncanakan, sehingga covernance dalam Loan Agreement itu sudah bisa dihilangkan,oleh karena laporan keuangan PLN dapat diaudit oleh Akuntan Negara.(bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait