“Kalau kesepian aku tidur, sharing sama kucing aja. Aku ada enam kucing. Kalau kucing kan aku ajak ngobrol nggak protes,” ujar Terry.
Status janda yang kini mau tak mau disandang diakui kerap menimbulkan persepsi buruk. Namun, Terry menegaskan dirinya bukanlah seorang janda yang sering dianggap buruk.
“Di luaran banyak orang yang menganggap janda sebagai tanda kutip butuh ini-itu. Tapi kalau aku pribadi nggak seperti itu. Aku butuh teman buat sharing aja soal pekerjaan, rasa capek, hal-hal lain, lebih menjurus ke hal gitu, nggak,” tegas Terry.
Pemain film Bangun Lagi Dong Lupus ini belajar banyak dari perceraiannya. Terlebih ia parno mendengar tiap waktu rekan-rekan artis kawin-cerai.
“Banyak teman yang berpisah membuat aku tambah parno lagi. Jadi lebih banyak berpikir, menelaah hal-hal yang detil lebih dalam mengenai hidup,” ujar Terry.
Keinginan Terry tetap hidup menjanda lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk lebih menikmati hidup dan berkarier. “Kalau sekarang masih belum ada selera untuk menikah lagi, jadi dinikmatin aja dulu kariernya. Ada banyak hal yang membuat aku berpikir mengenai pasangan hidup. Selain aku masih punya pekerjaan, persentase membukukannya belum di atas 50 persen,” jelas wanita asal Banjarmasin, Kalsel ini.
Secara khusus, Terry ikut berbahagia atas pernikahan sahabatnya, Christy Jusung, belum lama ini. Meski nasibnya sebagai janda hampir bersamaan, Terry tidak mau terburu-buru mengakhiri kesendiriannya.
“(Menjanda) Setahun lebih ya, sejak Desember 2011. Sekarang masih seperti kayak kemarin saja. Entar kalau setahun (menikah) kayak Christy lagi, dibilang belum apa-apa kok sudah kawin,” kata Terry.
Ia mengaku bangga menjadi perempuan. Apalagi, banyak kaum hawa yang bisa menginspirasi lainnya. Dalam acara malam penganugerahan Indi Women Award 2013 kepada 21 perempuan yang dinilai mampu memberikan inspirasi, Terry mengaku baru menyadari banyak perempuan yang berprestasi.
“Aku jadi semangat setelah melihat 21 perempuan yang telah memberikan insipirasi. Ternyata bisa perempuan berprestasi di tengah budaya Melayu yang menomor duakan perempuan di bawah lelaki, tetapi kita bisa maju,” tuturnya.
Dengan berkecimpung di dunia media, Terry berharap bisa menjadi Kartini masa kini. Meski dengan kodratnya sebagai perempuan yang harus menikah dan mengurus rumah tangganya kelak.
“Memberikan informasi di depan TV, mudah-mudahan bisa mengabarkan berbagai informasi,” tukasnya. Entah apa yang dilihat dari para produser saat menawari job film kepada Terry. Toh, yang bersangkutan masih bingung kenapa dia banyak ditawari peran wanita seksi dalam film.
“Aku nggak ngerti dan bingung kenapa ya, dari dulu ditawari film ada unsur seksinya lah, horornya lah,” ucap Terry. Meski honor yang ditawarkan oleh produser untuk bermain di film yang menonjolkan keseksian terhitung tinggi, Terry tetap tidak mau menerima tawaran film esek-esek itu.
“Aku heran ya kenapa film itu bayarannya besar sekali. Padahal aku kan nggak seksi. Selama ini kan yang main film begitu mereka yang seksi-seksi, masih muda. Sedangkan aku, kelebihan aku apa? Itu satu. Kedua, takut nyokap stroke nanti,” tuturnya.
Menurut Terry, honor yang ditawarkan untuk tampil terbuka bisa berkali-kali lipat dari honornya bermain dalam sinetron atau film drama.(**)