Defense Distributed, kelompok kontroversial yang menciptakan senjata api ini, berencana mempublikasikan cetak biru senjata tersebut di internet. Pembuatan senjata api ini sendiri memakan waktu satu tahun dan saat dilakukan uji coba di Austin, Texas, hasilnya tidak mengecewakan.
Menurut lansiran BBC, Senin (6/5), teknik yang digunakan dengan cara menumpuk berlapis-lapis materi, biasanya plastik, untuk membangun sebuah objek padat yang kompleks. Idenya adalah dengan semakin murahnya harga printer, maka konsumen dapat dengan mudah mengunduh desain dan mencetak benda-benda yang mereka inginkan di rumah, daripada berbelanja ke toko.
Pimpinan Defense Distributed Cody Wilson mengatakan, ide awalnya dari sebuah keinginan atas kebebasan. \"Ada tuntutan pasar yang tinggi atas senjata api. Tapi di banyak negara anda tidak bisa memiliki pistol dan hal itu kini tidak berlaku lagi,\" katanya.
Namun sebagaimana layaknya teknologi lain, temuan ini tidak hanya memiliki manfaat tetapi juga risiko. Aktivis anti senjata api pun mengkritik proyek tersebut. Sedangkan Badan Pengawas Hukum Eropa mengatakan akan memantau perkembangan yang terjadi.
Sebelumnya, ide menggunakan printer 3-D untuk membuat senjata api dipandang sebagai hal yang kontroversial dan menarik, tetapi banyak yang meragukan kualitas produknya.
Sebuah pistol dengan bagian utama dicetak dengan cara itu, sebelumnya gagal setelah berhasil meletuskan enam tembakan pada saat uji coba. Defense Distributed menamai senjata awal yang gagal tersebut sebagai \"WikiWeapon\". Namun, karena senjata api tidak bekerja sebagaimana mestinya, akhirnya Defense Distributed menggunakan desain oleh pencipta senjata cetak lain dengan nama \"HaveBlue\".
HaveBlue sendiri menyatakan pada Juli silam, jika telah sukses menembakkan hasil print-nya ratusan kali. Namun, legalitas produk itu tidak diketahui. Karena ada aturan hukum untuk membuat senjata api sendiri, termasuk untuk mendistribusikannya.(**)