Belum lama terjalin komunikasi langsung antara keduanya, secara kebetulan Kakak Rosna benama jafri hari itu akan pulang ke Bengkulu. Sebelumnya memang Rosna sudah berencana akan ikut mengantar bersama keluarga yang lain ke tepi Sungai Mukomuko. Ichwan diajak ikut serta mengantar, untuk pertama kalinya sepasang calon suami isteri ini berjalan berdua, walaupun disertai oleh keluarga yang lain.
Pertemuan singkat di rumah Rosna, yang dilanjutkan dengan berjalan bersama ke tepi sungai Mukomuko dan mengantarkan Rosna pulang ke rumahnya, menjadikan kedua insan ini semakin mengenal satu sama lain. Penampilan Rosna yang cantik dan bersahaja, senyum manis nan ramah selalu tersungging di bibir gadis desa yang terpelajar ini. Nuansa pintar dan cerdas tampak jelas dari tutur kata dan perilakunya, membuat Ichwan semakin tidak sabar untuk memilikinya.
Begitu pula sebaliknya, Ichwan yang berpenampilan sederhana, periang, lincah, mudah tersenyum, kocak tapi penuh perhatian, memberikan kesan istimewa bagi Rosna. Keduanya semakin akrab, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati keduanya.
Tidak lama setelah itu, terjadilah peristiwa yang sangat bersejarah dalam hidup Ichwan maupun Rosna, mereka melangsungkan pemikahan dengan khidmat. Pernikahan tersebut disaksikan oleh orang tua, saudara, sanak famili, kerabat dan handai taulan dari kedua belah pihak.
Walimah (perayaan) pernikahan baik di kediaman Rosna maupun di rumah orang tua Ichwan dilaksanakan secara sederhana, tapi cukup meriah. Maklum, Ichwan dan Rosna sama-sama anak yatim, pernikahan mereka sama-sama tidak disaksikan oleh ayahanda tercinta. Keduanya telah lama mendahului mereka menghadap Sang Pencipta. Yang ada hanyalah ibu kedua belah pihak yang sama-sama sudah lanjut usia.
Untungnya sebelum pulang ke Mukomuko Ichwan sudah memiliki tabungan berupa emas sekitar 100 gram. Emas ini kemudian dijual, sebagian untuk modal pernikahannya, dan sebagiannya lagi untuk biaya hidup beberapa saat setelah pernikahan.(bersambung)