Untuk melawan hoax, kata Alvidha, ada tiga kategori Kekacauan informasi. Mulai dari Mis-Informasi adalah informasi salah yang disebarkan oleh orang yang mempercayainya sebagai hal yang benar.
Lalu, Dis-Informasi merupakan informasi salah yang disebarkan oleh orang yang tahu bahwa informasi itu salah. Kemudian, Mal-Informasi adalah informasi yang berdasarkan realitas, tapi digunakan untuk merugikan orang, organisasi, atau negara lain
''Ciri hoax itu mengaduk-aduk perasaan, minta diviralkan, tidak jelas sumbernya, tidak logis, judul yang provokatif. Jika ada yang menyebar hoaks, lawan dengan cara ''DACK'' Dengarkan, Apresiasi, Cek, Klarifikasi. Kita harus ingat Saring sebelum Sharing, Sabar sebelum Sebar,'' sampai Alvidha, saat memebrikan pemaparan materi di workshop pembekalan digital literacy agents.
Baru 80% Masyarakat Indonesia Terkoneksi Internet
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
Hampir 80% masyarakat Indonesia terkoneksi dengan internet. Di mana tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5 persen. Dengan jumlah penduduk terkoneksi internet pada tahun 2024, sebanyak 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023.
Untuk tingkat pertumbuhan penetrasi di Indonesia dari tahun 2018 - 2024, mengalami peningkatan. Di tahun 2018, 64,8 persen, tahun 2020 sebesar 73,7 persen, tahun 2022 sebesar 77,01 persen, tahun 2023, 78,19 persen dan tahun 2024, sebesar 79,5 persen.
Dari data APJII itu juga menyebutkan 1/3 waktu hidup masyarakat di Indonesua ada di dunia digital. Bahkan dari laporan tahunan microsoft bertajuk Digital Civillity Index (DCI) menyimpulkan netizen Indonesia paling tidak sopan se Asia Tenggara.
Selain itu, Netizen Indonesia di Dunia pada posisi rangking 29 dari 32 negara dan di ASEAN, berposisi terbawah di Asia Tenggara turun 8 poin dengan skor 76.
''Untuk itu pentinganya literasi digital. Sebab kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi dengan aman dan tepat melalui teknologi digital (UNESCO, 2018),'' tandas AAI Short Course Awardee, Alvidha Septianingrum. (**)