BENGKULUEKSPRESS.COM - Somniphobia ditandai dengan ketakutan berlebih untuk tidur. Kondisi ini membuat penderitanya sulit fokus, tampak lesu, dan tidak mampu beraktivitas secara normal. Oleh karena itu, somniphobia perlu segera diatasi agar tidak berdampak lebih jauh terhadap kesehatan fisik dan mental penderitanya.
Somniphobia dikenal juga dengan istilah hipnofobia atau clinophobia. Fobia untuk tidur ini ditandai dengan rasa cemas dan gelisah yang berlebihan, bahkan adanya obsesi untuk tidak tidur. Penderita somniphobia umumnya merasa sangat takut akan hal buruk yang dapat terjadi ketika mereka tertidur, salah satunya mimpi buruk.
BACA JUGA:Jangan Panik! Ini Dia Tips Cara Menghadapi Epilepsi pada Anak
Penyebab Somniphobia
Sejauh ini belum diketahui secara pasti penyebab seseorang menderita somniphobia. Namun, beberapa kondisi tertentu bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami fobia ini, yaitu:
- Ketindihan atau sleep paralysis
- Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
- Parasomnia
- Sleep apnea
- Narkolepsi
- Gangguan kecemasan
- Gangguan panik
- Sindrom kaki gelisah
Dibandingkan dengan faktor risiko lainya, ketindihan dan PTSD paling sering menyebabkan seseorang menderita somniphobia. Ini karena seseorang yang menderita PTSD cenderung bermimpi buruk saat tidur akibat trauma yang dialaminya.
BACA JUGA:Sleep Study! Metode untuk Mendeteksi Gangguan Tidur
Sementara itu, ketindihan membuat seseorang tidak bisa menggerakkan tubuhnya saat terbangun dari tidur, bahkan ada juga yang disertai halusinasi. Bila kondisi ini terjadi setiap tidur, seseorang bisa sulit tidur atau tidak mau tidur karena ketakutan.
Gejala Somniphobia
Umumnya, gejala utama seseorang yang menderita somniphobia adalah terlalu takut dan stres ketika memikirkan atau mencoba untuk tidur. Saat kondisi tersebut terjadi, penderitanya juga akan mengalami gejala penyerta lain, seperti:
- Keringat dingin
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Napas cepat
- Detak jantung meningkat
- Mual
- Muntah
- Tremor
BACA JUGA:Cara Mengetahui Ukuran Lingkar Pinggang yang Aman untuk Kesehatan
Selain itu, penderita somniphobia juga cenderung menghindari tidur dengan selalu menonton TV atau menggunakan gadget sepanjang malam. Kondisi ini tentunya membuat waktu tidur dan istirahat berkurang, sehingga penderitanya pun mengalami perubahan suasana hati dan menjadi sulit untuk konsentrasi.
Diagnosis dan Penanganan Somniphobia
Diagnosis somiphobia dilakukan dengan evaluasi menggunakan Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5). Berdasarkan kriteria tersebut seseorang akan dikatakan menderita fobia bila mengalami rasa takut pada suatu objek atau aktivitas tertentu dalam kurun waktu 6 bulan atau lebih.
Ketakutan yang dirasakan itu akan menyebabkan seseorang menghindari suatu objek atau aktivitas tertentu, misalnya tidur pada kasus somniphobia.Untuk menangani somniphobia, dokter akan meresepkan obat dan menyarankan penderita untuk menjalani terapi. Dokter akan memberikan obat golongan benzodiazepin untuk mengatasi cemas berlebihan ketika hendak tidur.
BACA JUGA:Ini Manfaat Krim Pemutih Sesuai Kandungannya
Sementara untuk terapi, penderita somniphobia akan diminta untuk melakukan terapi perilaku kognitif dan terapi paparan. Somniphobia perlu ditangani karena bisa mengakibatkan penderitanya kurang istirahat dan kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Bahkan, jika dibiarkan tanpa penanganan, somniphobia bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi, diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan serangan jantung.
Oleh karena itu, jika Anda selalu merasa takut untuk tidur disertai gejala yang telah disebutkan di atas, segeralah periksakan diri ke psikiater atau psikolog. Bila terbukti somniphobia, kondisi ini dapat segera ditangani dengan tepat.(bee)