BENGKULUEKSPRESS.COM - Rehabilitasi medik adalah terapi yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami masalah. Misalnya saraf terjepit, cedera, patah tulang, dan kelumpuhan akibat stroke. Rehabilitasi medik juga biasanya diperlukan setelah pasien menjalani operasi tertentu.
Ketika menderita kondisi, seperti patah tulang, lumpuh, atau gangguan saraf, pasien bisa mengalami gangguan pergerakan tubuh atau bahkan kecacatan. Hal ini tentu bisa mengganggu kualitas hidup dan menyebabkan kesulitan dalam menjalani aktivitas atau pekerjaan sehari-hari.
BACA JUGA:Geng Motor Pelajar Meningkat, Polresta Bengkulu Segera Surati Sekolah
Untuk mendukung proses pemulihan dan melatih kemampuan tubuh pasien agar bisa kembali bergerak dan beraktivitas seperti sedia kala, dokter umumnya akan menyarankan pasien untuk menjalani program rehabilitasi medik. Salah satu contoh program rehabilitasi medik adalah fisioterapi.
Beragam Kondisi yang Memerlukan Rehabilitasi
Berikut ini adalah beberapa kondisi atau gangguan medis yang memerlukan rehabilitasi medik:
1. Rehabilitasi pada penderita jantung
Rehabilitasi jantung merupakan program rehabilitasi medik yang dirancang untuk mendukung pemulihan dan perbaikan kondisi jantung dan pembuluh darah. Rehabilitasi ini ditujukan bagi pasien penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung atau gagal jantung, serta pasien yang menjalani tindakan medis pada jantung, seperti angioplasti atau operasi jantung.
BACA JUGA:Pelantikan Pimpinan DPRD Kota Bengkulu Dijadwalkan Jumat Mendatan
Dalam rehabilitasi medik ini, pasien akan menjalani pemeriksaan untuk menilai fungsi jantungnya. Pemeriksaan tersebut di antaranya adalah pemeriksaan fisik dan tes penunjang, seperti rekam jantung (EKG), ekokardiografi, tes darah untuk menentukan kadar kolesterol dan enzim jantung, dan stress test yang dilakukan dengan bantuan sepeda atau treadmill.
Dari pemeriksaan tersebut, dokter akan memberikan pengobatan atau tindakan medis sesuai dengan kondisi pasien. Untuk mendukung pemulihan jantung, dokter juga akan memberikan program rehabilitasi jantung yang terdiri dari olahraga atau latihan fisik serta edukasi hidup sehat bagi pasien.
2. Rehabiltasi pada penderita stroke
Rehabilitasi stroke merupakan salah satu langkah penanganan yang penting dilakukan pada pasien stroke. Melalui rehabilitasi medik ini, kemampuan serta kekuatan gerak tubuh penderita stroke diharapkan bisa kembali pulih. Dengan demikian, ia bisa kembali beraktivitas dengan lebih mandiri. Beberapa program dan metode rehabilitasi stroke mencakup aktivitas fisik, seperti latihan keterampilan motorik, psikoterapi, terapi wicara, serta terapi okupasi.
BACA JUGA:Sebanyak 1.462 Pelamar CPNS Bengkulu Lolos, Siap Ikuti Tes SKD
3. Rehabilitasi pada penderita hernia nucleus pulposus
Hernia nucleus pulposus (HNP) terjadi ketika bantalan saraf tulang belakang keluar dari ruas tulang belakang sehingga menjepit saraf di dalamnya. Kondisi ini biasanya disebut dengan istilah saraf kejepit. HNP bisa menyebabkan nyeri berat pada punggung atau leher, kelemahan anggota gerak tubuh, sampai kelumpuhan. Untuk menangani kondisi ini, dokter bisa memberikan obat-obatan, melakukan rehabilitasi medik, atau operasi.
Rehabilitasi medik pada pasien HNP diberikan dalam kurun waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan. Tujuannya adalah untuk meringankan nyeri punggung serta memperbaiki posisi saraf dan tulang belakang pasien. Metode rehabilitasi medik pada HNP bisa berupa terapi panas, terapi listrik, latihan fisik atau olahraga untuk saraf terjepit, sampai penggunaan korset khusus untuk tulang belakang.
4. Rehabilitasi pada penderita penyakit paru obstruktif kronik
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit kronis pada paru-paru yang bisa membuat penderitanya kesulitan untuk bernapas. Penyakit ini juga bisa menyebabkan kadar oksigen pada tubuh pasien berkurang.
BACA JUGA:Kadisdik Kota Bengkulu Tegaskan Pungli Rp 35 Ribu untuk Seragam Paslon Gubernur Hoaks
Rehabilitasi medik pada penyakit ini penting supaya pasien bisa bernapas dan beraktivitas dengan lebih lancar, serta mencegah kekambuhan dan meringankan gejala yang dialami. Program rehabilitasi medik pada pasien PPOK umumnya berupa latihan fisik atau olahraga, seperti sepeda statis, senam, dan latihan untuk memperkuat otot pernapasan. Melalui program ini, penderita PPOK juga akan dilatih untuk bisa berhenti merokok.
5. Rehabilitasi pada pasien yang menjalani amputasi
Pasien yang telah menjalani amputasi tentu akan merasa stres atau bahkan depresi karena tubuhnya tidak lagi bisa bergerak atau beraktivitas seperti dulu. Untuk mendukung pemulihan dan melatih kemampuan pasien, dokter umumnya akan melakukan program rehabilitasi medik.
Melalui program ini, pasien akan dilatih dan dimotivasi untuk bisa kembali bergerak dan beraktivitas dengan baik. Rehabilitasi medik pada pasien yang menjalani amputasi juga mencakup latihan penggunaan anggota tubuh prostetik. Contohnya, pada pasien yang kakinya diamputasi, dokter akan melatihnya untuk menggunakan kaki palsu atau kaki prostetik agar bisa kembali berjalan.
BACA JUGA:Nikmati Senja dan Keindahan Kapal Tongkang Terbalik di Pulau Baai Bengkulu
Rehabilitasi medik juga bisa didapatkan dalam bentuk terapi okupasi, terapi penglihatan, dan terapi bicara, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Pada intinya, rehabilitasi medik bertujuan untuk mengembalikan fungsi tubuh yang terganggu akibat menderita suatu kondisi atau penyakit.
Hasil akhir dari rehabilitasi medik yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan kondisi yang dialami dan kemampuan tim rehabilitasi yang menangani. Selain itu, motivasi dan semangat pasien yang menjalani rehabilitasi medik juga berperan penting dalam mendukung keberhasilan rehabilitasi.(bee)