BENTENG, BE - Mutasi para guru yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) menimbulkan masalah baru pada sekolah. Mutasi ini bukannya menyelesaikan masalah kekurangan guru diberbagai sekolah di daerah ini. Namun justru sebaliknya, sekolah semakin kekurangan guru. Hal ini terjadi di SMPN 1 Karang Tinggi.
Pelaksanaan mutasi itu membuat sekolah ini kehilangan separuh gurunya, yang dimutasi ke sekolah lain. Celakanya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tidak menempatkan pengganti guru yang dimutasi itu.
\"Sebelum dimutasi, jumlah guru di sekolah kami cukup, namun setelah dimutasi malah kekurangan guru,\" ungkap Kepala Sekolah SMPN 1 Karang Tinggi, Sufriyanto, S.Pd.
Sebelumnya, jumlah guru di sekolah itu sebanyak 27 orang. Namun, saat mutasi berlangsung sebanyak 14 orang guru di sekolah ini dimutasi sekaligus. Sekarang sekolah ini hanya memiliki 13 orang guru saja. Sejauh ini Dikbud belum menempatkan guru baru di sekolah ini. Kondisi ini membuat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di sekolah ini terganggu. Karena tidak ada guru yang mengajar. Bahkan program guru untuk memajukan dan meningkat prestasi sekolah yang sudah dirancang selama ini akhirnya tak bisa terlaksana.
Fakta itu, sangat bertolak belakang dengan tujuan awal dilaksanakannya mutasi guru. Awalnya mutasi dilakukan untuk pemerataan guru. Menempatkan guru untuk mengajar di sekolah yang kurang guru, terutama pada sekolah dipelosok. Namun yang terjadi guru bukannya bertambah, justru semakin berkurang.
Menyampaikan kritik ini, Sufriyanto mengatakan bukan berarti dirinya tidak mendukung mutasi tersebut. Namun, hendaknya sebelum dilakukan mutasi,harus dilakukan pengkajian dan analisa mendalam, mengenai keberadaan dan jumlah guru disuatu sekolah.
Tempatkan guru sesuai kebutuhan sekolah, sehingga setelah mutasi dilaksanakan tidak menimbulkan masalah baru atau tambah kusut seperti sekarang. \" Kita mendukung mutasi, guru guna pemerataan. Namun jangan menimbulkan masalah baru,seperti di sekolah kami ini\" harapnya. (111)