BENGKULUEKSPRESS.COM - Saat dunia pewayangan mengalami peperangan, mereka yang ke medan laga juga menggunakan berbagai macam senjata. Rupa-rupa senjata digunakannya. Para ksatria menggunakan panah dan keris sedangkan para sudra menggunakan terampang, badik, tombak, atau golok untuk membacok.
Panah digunakan untuk dilepas pada musuh yang jauh tempatnya, sedangkan keris digunakan untuk peperangan jarak pendek. Kedua senjata ini terhitung yang paling sempurna. Ada yang berasal dari sesuatu benda ajaib, misalnya dan taring Betara Kala. Namun, sebaik-baik senjata adalah yang berasal daripemujaan tapa-brata dan pembenan para dewa Umumnya, para dewa memberi hadiah panah kepada anak keturunan Pandawa, karena Pandawa dikenal sebagai ahli pertapa dan pemuja.
BACA JUGA:Wara Srikandi! Prajurit Wanita Inkarnasi Dewi Amba Yang Mampu Mengalahkan Bisma
Dari sanalah mereka memperoleh senjata panah dengan kesaktian yang beranekaragam. Tak jarang beberapa jenis panah memiliki kesaktian yang melebihi batas. Misalnya, ada panah yang bisa berganti wujud dan bisa memagut bagaikan paruh burung Ardadeli. Bahkan, ada panah yang bisa menutup teriknya matahari, mengubah terang benderangnya dunia menjadi gelap gulita.
Raja dari segala senjata adalah panah cakra Prabu Kresna. la dihormati dan ditakuti oleh seluruh benda yang bernama senjata. Segala kesaktian tunduk pada senjata cakra. Tersebutlah dalam sebuah kisah. Tatkala Prabu Arjunasastra hendak dipanah dengan senjata cakra, maka raja agung binatoro-sakti madraguna itu keder, takut hingga bertriwikramalah Sang Prabu, menjadi raksasa titisan Wisnu untuk menandingi kesaktian cakra. Karena hanya kepada Dewa Wisnu sajalah senjata itu tunduk dan takluk bagaikan hamba sahaya. Ini menggambarkan bahwa panah bukan sembarang senjata, apalagi barang mainan.
BACA JUGA:Prabu Basudewa! Putra Tertua Dewi Kunti
Malah pada saat perang Baratayuda, panah cakra itu digunakan oleh Prabu Kresna untuk menghadang sanghyang surya. Ketika panah dilepas ke angkasa, ia melesat menembus langit, menutup matahari. Bumi menjadi gonjang-ganjing,siang menjadi muram, tampak seperti malam. Tipu muslihat ini digunakan pada waktu Arjuna bersumpah akan mati membakar diri, bila hari itu tak berhasil membunuh Jayadrata. Karena sumpah itu, maka Jayadrata disembunyikan Kurawa agar terhindar dari ancaman Arjuna.
BACA JUGA:Ratusan Warga Bengkulu Jadi Korban Investasi Bodong, Total Kerugian Rp 2 M, Pelaku Oknum Mahasiswi
Namun, sial bagi Kurawa. Ketika sinar matahari tampak suram, Jayadrata ingin mengintai matinya Arjuna dari persembunyiannya. Perbuatan Jayadrata ini diketahui oleh Prabu Kresna. Maka, berkatalah ia kepada Arjuna agar segera melepas panahnya kepada sang pengintai. Panah dilepas dan terpenggallah kepala Jayadrata. Setelah peristiwa itu terjadi, Prabu Kresna tak lagi menutupi matahari dengan panah cakranya. Seluruh alam tampak terang-benderang sebagaimana sediakala. Sorak sorai mewarnai kehidupan bumi. Kemenangan ada pada pihak Pandawa.(**)