BENGKULUEKSPRESS.COM - Dalam setiap pertunjukan wayang, baik wayang orang maupun wayang boneka, terdapat satu bagian yang diisi oleh para Punakawan. Punakawan merupakan tokoh pewayangan yang terdiri atas Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Kehadiran Punakawan tentu saja selalu menghibur para penonton. Sebab, selain karena punya bentuk fisik yang lucu, mereka juga sering menyampaikan guyonan penuh pesan moral yang sering disebut goro-goro.
BACA JUGA:Berisi Naga dan Raksasa, Ternyata Ini Makna Gunungan Wayang
Omong-omong tentang pesan moral, salah satu tokoh Punakawan yang bernama Petruk memiliki kisah hidup yang menarik. Dia juga punya falsafah Kantong Bolong yang patut dicontoh
Dalam cerita wayang, Petruk memiliki perawakan yang tinggi dan kurus, hidung yang panjang , mulut lebar dengan bibir tersenyum, bermata juling, dahi yang lebar, dan rambut berkuncir. Di leher Petruk terdapat kalung unik berbentuk mirip lonceng. Petruk juga memiliki senjata golok dan keris yang diselipkan pada pakaiannya.
Kehidupan Petruk
Menurut kisah para dalang, dulu Petruk sebenarnya adalah seorang ksatria gagah dan sakti bernama Bambang Penyukilan. Nggak hanya itu, dia juga sosok yang kaya raya, gemar bergurau, baik dalam pengucapan dan tingkah laku, tapi suka berkelahi.
BACA JUGA:Antasena, Ksatria Edan yang Membuat Para Dewa Gemetar
Bambang Penyukilan memiliki kegemaran berkelana untuk menguji kekuatan dan kesaktiannya. Kemudian pada suatu hari, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi. Keduanya punya kegemaran yang sama, yaitu pengin menguji kekebalannya.
Terjadilah perkelahian di antara keduanya. Baik Bambang Penyukilan atau Bambang Sukodadi saling adu kekuatan untuk waktu yang sangat lama. Mereka bertanding sampai-sampai tubuh keduanya cacat dan berubah dari wujud aslinya yang tampan menjadi nggak karuan. Perkelahian di antara keduanya baru berakhir usai dipisahkan oleh Semar. Usai berubah dari wujud aslinya, kemudian keduanya berganti nama, Bambang Penyulian berganti nama menjadi Petruk sedangkan Bambang Sukodadi berganti nama menjadi Gareng.
BACA JUGA:Wisanggeni, Kisah Pemuda Tumbal Kemenangan Perang yang Dibuang saat Lahir
Falsafah Kantong Bolong
Setelah perkelahian, Semar membantu menyembuhkan luka fisik dan pikiran Petruk. Setelahnya, Petruk banyak belajar dari Semar tentang kehidupan. Sejak saat itu, Petruk hanya mengabdi kepada kehidupan dan kebenaran.
Nggak berhenti disitu, Petruk juga meninggalkan semua kekayaannya. Semua yang dia miliki diberikan kepada orang lain hingga kantongnya menjadi kosong. Petruk justru merasa lebih kaya ketika tidak punya apa-apa. Karena itulah, dia memiliki julukan Petruk Kantong Bolong yang artinya adalah Petruk sudah merasa kaya dengan kantong bolong tanpa isinya. Hidup Petruk sudah dicurahkan untuk mengabdi kepada para raja dan Sang Pencipta.(**)