Serbuk Aren Olahan dari Rejang Lebong Tembus Pasar Internasional

Selasa 20-02-2024,18:34 WIB
Reporter : Tri Yulianti
Editor : Rajman Azhar

BENGKULUEKSPRESS.COM - Berawal dari rendahnya harga jual gula aren di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, membuat pria berusia 58 tahun dari Desa Air Meles Atas, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu berinovasi.

Suparmanto (58) dan anaknya, Embang Novianto (30) saat ini menjadi salah satu pelaku usaha yang sukses dalam mengembangkan bisnisnya di Kabupaten Rejang Lebong.

Dengan menggeluti usaha serbuk aren atau sari aren yang berbahan dasar gula aren ini, ia mampu membuka peluang kerja bagi masyarakat desa setempat.

Tak hanya itu, berkat usahanya ini pula ia mampu membantu para petani aren dalam menjual hasil panennya.


Produk Sari Aren dari Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu-Foto: istimewa-

BACA JUGA:Harga Cabai Diprediksi Segera Turun Jelang Ramadan

Dalam lawatan jurnalis bengkuluekspress.com bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu ke rumah produksi sari aren, Senin (19/2/2024), Suparmanto (58) menceritakan awal mula berdirinya usaha sari aren yang saat ini ia beri nama PT Sari Aren Group.

Dikatakan Suparmanto selaku owner sari aren, usaha ini dimulai sejak tahun 2005 lalu dengan beranggotakan 5 kelompok tani aren.

Berkembangnya bisnis ini, membuat kelompok tani aren saat ini berjumlah sebanyak 60 orang dan memproduksi sari aren setiap harinya.

"Usaha gula semut sari aren ini didirikan dalam rangka untuk membantu petani aren," ujar ujar Suparmanto.


Pekerja sari aren saat melakukan pengemasan di rumah produksi sari aren, Rejang Lebong Provinsi Bengkulu-(foto: tri yulianti)-

BACA JUGA:Seberapa Penting SKU Untuk Pengajuan KUR BRI 2024? Berikut Penjelasannya!

Ia juga menjelaskan inovasi gula aren diubah menjadi serbuk aren ini agar penggunaannya lebih praktis.

Terlebih, nilai jualnya yang ekonomis menjadi salah satu alasan bagi dirinya karena efek dari penjualan itu bisa langsung dirasakan oleh petani. 

"Ada peningkatan nilai ekonomis dari gula cetak atau gula batok menuju gula semut itu ada sekitar 50 sampai 60%. Dimana nilai ekonomis yang akan dihasilkan langsung berdampak ke petani," ungkapnya.

Kategori :