BENGKULUEKSPRESS.COM - Plastik merupakan benda yang amat berguna dalam kehidupan sehari-hari manusia. Namun karena plastik sulit terurai di alam liar, menggunungnya sampah plastik sekarang menjadi masalah lingkungan yang serius. Atas pertimbangan tersebut, ilmuwan pun menciptakan aneka macam benda hasil olahan plastik supaya sampah plastik tersebut bisa diberdayakan lagi untuk kebutuhan manusia.
BACA JUGA:Cara Diet Aman untuk Ibu Menyusui, dr Zaidul Akbar: Cukup Kurangi 2 Makanan Ini
Pasir
Pasir merupakan material padat berwujud butiran-butiran yang ukurannya amat kecil. Pasir banyak digunakan dalam aktivitas pembangunan. Meskipun Bumi memiliki persediaan pasir yang melimpah, tidak sembarang pasir bisa digunakan untuk keperluan pembangunan. Pasir yang berasal dari pantai mengandung kadar garam yang terlalu tinggi dan terlalu rapuh. Pasir yang berasal dari gurun memiliki butiran yang terlalu halus.
Oleh sebab itulah, pasir untuk keperluan pembangunan biasanya diambil dari sungai. Namun penambangan pasir dari sungai yang dilakukan secara berlebihan bakal membawa dampak negatif yang serius bagi lingkungan sekitar. Terbatasnya jumlah pasir dan tingginya kebutuhan manusia akan pasir lantas memunculkan aktivitas jual beli pasir secara ilegal. Mereka yang menjual pasir secara ilegal ini dikenal dengan istilah mafia pasir.
BACA JUGA:Doa-Doa Singkat Ijazah dari Mbah Moen, Amalkan Agar Rezeki Lancar
Di masa depan, sampah plastik nampaknya bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan manusia dari pasir sungai. Pasalnya ilmuwan sekarang ini tengah melakukan riset untuk membuat pasir yang terbuat dari sampah plastik. Untuk tujuan ini, sampah plastik akan dihancurkan sedemikian rupa hingga menjadi remah-remah halus layaknya pasir. Remah-remah plastik ini kemudian bisa dicampurkan dengan semen untuk dijadikan bahan bangunan.
Metode ini memang belum bisa menggantikan penggunaan pasir sungai seutuhnya. Namun jika pasir yang digunakan sebagai bahan bangunan bisa diganti sebagian dengan plastik, ilmuwan berharap kalau metode ini bisa mengurangi kasus penambangan pasir berlebihan dan menggunungnya sampah plastik.
Baju T-Shirt
Baju atau sandang adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Karena semua orang memerlukan baju, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat baju pun memiliki tingkat permintaan yang tinggi pula. Hal tersebut lantas coba dimanfaatkan oleh sejumlah ilmuwan untuk membuat baju berbahan alternatif. Dalam hasil riset yang dimuat di jurnal Nature Sustainability, ilmuwan membuat kain yang terbuat dari polyethylene.
BACA JUGA:Wow! Desain Yamaha R1 Semakin Sporty dan Modern
Polyethylene adalah jenis material yang banyak digunakan pada kantong plastik. Material ini diolah dan dirajut sedemikian rupa supaya memiliki karakteristik layaknya kain. Sebagai contoh, lembaran plastik memiliki sifat kedap air. Namun kain hasil olahan plastik ini bisa ditembus oleh air. Dengan begitu, jika seseorang sedang melakukan aktivitas berat, keringatnya tetap bisa menembus keluar pakaian dan tidak menumpuk di kulit.
Supaya kain hasil olahan plastik ini tidak terlalu monoton, kain yang bersangkutan juga dicampur dengan zat pewarna supaya memiliki warna yang beragam dan menarik. Selain membantu mengurangi limbah plastik, ilmuwan berharap kalau penggunaan kain hasil olahan plastik bisa membantu mengurangi masalah kerusakan lingkungan akibat aktivitas produksi wol dan kapas.
Deterjen
Deterjen atau sabun cuci adalah benda yang sekarang bisa dibilang sama pentingnya dengan pakaian itu sendiri. Pasalnya jika tidak ada deterjen, manusia tidak akan bisa membersihkan noda dan kotoran yang menempel pada pakaian. Karena manusia senantiasa membutuhkan deterjen, ilmuwan lantas mencoba menciptakan deterjen yang terbuat dari sampah plastik. Jadi selain membuat pakaian senantiasa bersih, deterjen ini juga membantu mengurangi limbah plastik.
BACA JUGA:Jalan di Liku Sembilan Ditutup Total, Pemprov Bengkulu Bongkar Pelapis Tebing
Deterjen berbahan plastik ini merupakan buah karya dari tim ilmuwan yang berasal dari Universitas Illinois Urbana-Champaign dan Universitas Cornell. Untuk membuat deterjen berbahan plastik, mereka menggunakan metode khusus untuk merombak plastik hingga berubah menjadi cair. Supaya proses pembuatannya ramah lingkungan, pembuatan deterjen berbahan plastik tidak memerlukan suhu tinggi dan mesin yang melepaskan gas rumah kaca.
Dalam proses pembuatan deterjen ini, ilmuwan menggunakan katalis untuk menghilangkan sebagian kecil elemen hidrogen dari molekul plastik. Hidrogen tersebut kemudian digunakan untuk memotong-motong rantai karbon supaya molekulnya berubah menjadi kecil dan terpisah satu sama lain. Yang tercipta kemudian adalah material berwujud cair yang bisa digunakan sebagai zat pembersih.
BACA JUGA: Suzuki Gixxer 250, Motor Sport Keren dengan Fitur Canggih
Batu Bata
Seperti halnya pasir, batu bata juga merupakan benda yang amat diperlukan dalam aktivitas pembangunan. Batu bata yang sudah disusun dan direkatkan dengan semen bakal membuat bangunan menjadi lebih kokoh. Nzambi Matee adalah seorang wanita yang berasal dari Kenya, sebuah negara di pantai timur Afrika. Ia memimpin sebuah perusahaan material yang bernama Gjenge Makers.
Apa yang membuat Gjenge Makers begitu berbeda jika dibandingkan perusahaan material lainnya adalah karena perusahaan ini memprodusi batu bata dengan bahan baku yang unik. Untuk membuat batu bata ini, mula-mula Gjenge Makers akan mengumpulkan aneka macam sampah yang ditolak oleh perusahaan daur ulang. Sampah-sampah tersebut di antaranya adalah kantong sandwich, botol susu, hingga tali.
Saat sampah yang terkumpul sudah cukup banyak, sampah tadi dicampur dengan pasir. Sesudah diolah dalam suhu tinggi, adonan hasil olahan tersebut kemudian akan dicetak menjadi batu bata. Batu bata buatan Gjenge Makers ini terdiri dari aneka macam plastik yang normalnya tidak bisa diolah oleh perusahaan daur ulang. Plastik tersebut di antaranya adalah polethylene dengan kepadatan tinggi (misalnya botol shampoo dan susu), polyethylene dengan kepadatan rendah (kantong sereal), serta polypropylene (tali dan ember).
BACA JUGA:Hewan - hewan Ini Punya Telur Paling Unik di Dunia
Batu bata hasil produksi Gjenge Makers tidak kalah kuat dibandingkan batu bata yang dibuat dengan cara biasa. Lebih menariknya lagi, karena bahan dan proses pembuatan batu bata ini tidak memakan biaya tinggi, batu bata buatan Gjenge Makers pun bisa dijual dengan harga yang terjangkau. Penggunaan sampah plastik sebagai salah satu bahan baku juga memiliki dampak positif lain. Gjenge Makers bisa menyerap tenaga kerja sambil membantu mengurangi timbunan sampah plastik dan mencegah kerusakan lingkungan.
Makanan
Plastik bukanlah bahan yang normalnya bisa dikonsumsi sebagai makanan. Pasalnya plastik tidak bisa diolah oleh sistem pencernaan. Plastik tertentu juga menggunakan bahan-bahan yang sifatnya beracun jika sampai masuk ke dalam tubuh.
Oleh sebab itulah, upaya dua orang ilmuwan ini mungkin bakal membuat anda mengerutkan kening. Kedua ilmuwan tersebut adalah Ting Lu dan Stephen Techtmann yang berasal dari Universitas Illinois Urbana-Champaign serta Universitas Teknologi Michigan.
BACA JUGA:Inilah 5 Negara Asia yang Sekarang Sudah Bubar!
Lu dan Techtmann menciptakan bahan makanan yang berasal dari hasil olahan sampah plastik. Meskipun terdengar gila, ternyata hasil ciptaan mereka ini sudah diakui oleh sesama ilmuwan. Buktinya, mereka mendapat penghargaan Future Insight Prize dari perusahaan farmasi Merck KGAA. Makanan yang mereka buat ini memang bukan sekedar sampah plastik yang ditelan begitu saja. Lu dan Techtmann memanfaatkan bakteri untuk mengolah sampah plastik hingga menjadi serbuk protein yang aman untuk dikonsumsi.
Bakteri yang digunakan dalam proses ini adalah bakteri yang memiliki kemampuan mengurai sampah plastik. Jika hasil temuan Lu dan Techtmann ini bisa dikembangkan lebih jauh, bukan tidak mungkin kalau di masa depan kita akan memakan hidangan yang dulunya adalah botol plastik. (**)