Mengenal Kebudayaan Suku Minangkabau Lewat Kue Pinyaram

Kamis 11-01-2024,12:04 WIB
Reporter : Fitri Nugroho
Editor : Rajman Azhar

BENGKULUEKSPRESS.COM - Ada banyak hal menarik yang bisa kamu eksplore saat berkunjung ke Sumatera Barat, mulai dari menjelajahi wisata alamnya yang menakjubkan, wisata budaya sejarahnya yang kental akan adat tradisi dan wisata kuliner tradisionalnya yang khas. 

Bicara soal kuliner tak lepas dari panganan tradisional seperti kue yang menjadi identitas kebudayaan diberbagai daerah termasuk di Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu kue tradisional yang wajib kamu coba saat berkunjung ke sana adalah Pinyaram. 

Makanan yang satu ini juga dikenal dengan nama Panyaram atau Paniaram. Pinyaram adalah salah satu kue atau jajanan tradisional khas suku Minangkabau yang berasal dari dataran Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia. 

Kue Pinyaram berbahan dasar tepung beras dan gula jawa atau gula aren yang digoreng. Kue pinyaram memiliki bentuk yang cenderung tebal menggembung di bagian tengah, dan tipis di bagian pinggirannya.

BACA JUGA:Lompong Sagu, Kuliner Warisan Sumatera Barat yang Menggugah Selera 

Dalam kebudayaan suku Minangkabau, jajanan ini termasuk salah satu makanan adat yang kerap dihidangkan dalam upacara-upacara adat budaya Minang, maupun dalam hari-hari raya dan perayaan khusus seperti Lebaran, peringatan Maulid Nabi, dan pesta pernikahan. 

Kue Pinyaram juga kerap dihidangkan sebagai salah satu kudapan khas Minang dalam prosesi pernikahan adat Minangkabau. Kue tradisional yang satu ini dapat mudah ditemui  di pasar-pasar tradisional di hampir seluruh daerah di Indonesia, khususnya di ranah Minang seperti Padang Pariaman, Padang Panjang, dan Bukittinggi.  

Sebenarnya Kue Pinyaram juga dikenali dengan beragam nama atau sebutan lain, seperti Kue Cucur atau Cucur (oleh suku Betawi, Sunda, Makassar, maupun masyarakat di wilayah Jabodetabek dan Sulawesi pada umumnya), Dumpi (oleh suku Mandar di Sulawesi Barat), Kucur atau Kocor (oleh suku Madura dan Kangean di Madura dan Kepulauan Kangean, maupun masyarakat di provinsi Jawa Timur pada umumnya. Bisa dibilang kue yang satu ini mirip dengan kue cucur pada umumnya.

BACA JUGA:Mengenal Kue Lepek Binti Warisan Budaya Bengkulu, Paduan Ketan dan Gula Merah yang Menggugah Selera

Penamaan Kata "pinyaram" diambil dari istilah dalam bahasa Minangkabau "panyiram" yang berakar dari kata "manyiram" yang memiliki arti "menyiramkan", yang merujuk kepada proses pembuatan kue pinyaram. 

Dalam teori lain, kata "panyaram" yang digunakan sebagai sebutan lain bagi kue pinyaram, berasal dari gabungan istilah "panyarahan" dan "ramah" dalam bahasa Minangkabau yang bermakna panganan yang dihidangkan sebagai kudapan dalam menjamu tamu atau beramah-tamah.

Pinyaram terbuat dari campuran gula pasir atau gula jawa, tepung beras putih atau beras hitam, dan santan. Cara pembuatannya pun sangat sederhana hanya dengan digoreng menggunakan kuali yang sekaligus menjadi cetakannya. 

Makanan ini umumnya disajikan dalam bentuk penganan atau kue. Pinyaram biasanya dibuat untuk menyambut hari raya dan perayaan tertentu seperti Lebaran dan pesta pernikahan. Untuk pesta pernikahan biasanya dimuat dalam ukuran besar sebesar piring, lalu dipotong-potong. Ada juga yang dijual sebagai oleh-oleh.

BACA JUGA:Sedapnya Bagar Hiu, Kuliner Khas Bengkulu dari Daging Ikan Hiu yang Digemari Presiden Soerkarno

Dengan berkembangnya zaman, Pinyaram pun memiliki beberapa variasi agar tetap dapat mempertahankan eksistensi.  Biasanya Pinyara. terbagi menjadi dua varian utama, yakni pinyaram putih yang terbuat dari beras putih, dan pinyaram hitam yang terbuat dari beras hitam. 

Kategori :