Pemkot Vs PKL Butuh Dialog

Sabtu 30-03-2013,09:52 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

BENGKULU, BE - Penggusuran pedagang kaki lima (PKL) di Kota Bengkulu bagaikan cerita lama yang sudah amat usang. Namun, penggusuran para PKL itu tetap berlangsung.  Demikian disampaikan anggota Komisi III DPRD Kota Bengkulu, Sofyan Hardi, kemarin.

  Menurutnya, ancaman penggusuran yang sering dialami para PKL Pasar Subuh misalnya, memiliki asal-usul persoalan dengan masa lampau dan memiliki corak yang hampir sama dengan apa yang bakal terjadi di masa depan.  \"Dari generasi ke generasi, Pemda Kota dan PKL seakan sama-sama terbenam ke dalam perseteruan abadi,\" katanya. Dalam hal seperti ini, Sofyan menganjurkan agar Pemda Kota sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur pasar dapat mengutamakan dialog.  Dia yakin, para PKL mampu diajak untuk bersikap kooperatif dalam mencapai tujuan bersama yang lebih besar seperti untuk meraih penghargaan adipura, kebersihan kota dan sebagainya.   \"Apalagi kalau walikota mau turun langsung dalam dialog dengan para PKL itu.  Jelaskan kepada mereka kenapa penertiban harus dilangsungkan. Kenapa keindahan dan keteraturan lokasi berjualan harus diutamakan. Kalau walikota mau mendengar, pasti ada solusi yang dapat diterima oleh semua pihak,\" urainya.   Sofyan tak menampik bahwa usaha semacam ini akan menyita banyak waktu dan energi. Namun Sofyan menilai, apabila usaha ini dilakukan secara tekun dan berkelanjutan, walikota pasti akan menemukan solusi yang bisa diterima oleh para PKL dengan baik.   \"Tidak cukup sekali atau dua kali saja dialog itu dilakukan. Kalau yang pertama gagal, coba lagi. Hingga para PKL dapat menerima relokasi itu dengan hati terbuka,\" tegasnya.   Sementara itu, setelah mendapatkan informasi yang beredar di kalangan mereka akan ada penggusuran, sekitar 50 orang pedagang Pasar Subuh menggelar konsolidasi, Kamis (28/3), sekitar pukul 09.00 WIB. Bertempat di Jalan KH Zainal Abidin II No 76 atau persis di sebarang Toko Barata, mereka saling menyampaikan aspirasi untuk mempertahankan keberadaan mereka di pasar tersebut.   Ketua Pedagang Pasar Subuh, Firmansyah, dalam orasinya menyampaikan, siapapun Walikota Bengkulu pasti mengharapkan adanya kebersihan dan keteraturan di lokasi perdagangan. Dinyatakannya, para PKL seharusnya dapat mengerti apa yang menjadi kewajiban-kewajiban mereka untuk ikut mengelola kebersihan dan keteraturan lingkungan tempat mereka berusaha.   \"Lokasi yang kita gunakan untuk berjualan ini merupakan jalan raya. Ketika kita sudah berjualan, ada hak orang lain yang ingin mengggunakan jalan ini. Untuk itu kami mengharapkan kepada seluruh pedagang di sini (Pasar Subuh, red) untuk dapat memahami kondisi ini. Jangan sampai ketika ada isu penggusuran kita baru mau jualan tepat waktu dan sibuk membenahi tempat berdagang kita.   Jualan tepat waktu dan membenahi tempat berjualan harus kita lakukan setiap hari,\" cetus Firman ketika diwawancarai usai memberikan orasinya.   Ditambahkannya, apabila para PKL dapat tertib dan mau peduli dengan kebersihan lingkungan tempat mereka berjualan, maka mereka akan memiliki alasan yang kuat apabila ancaman penggusuran itu benar-benar akan dilaksanakan.   \"Kita akan menghadap walikota dan berkata, lho Pak, kita kan cuma berjualan pada malam hari. Kita tidak mengganggu pengguna jalan. Kita ikut menjaga kebersihan. Kalau sudah demikian, kita bisa menyatakan perlawanan kita atas penggusuran yang akan diberlakukan,\" ujarnya.   Firman juga menegaskan kembali bahwa mereka akan menolak relokasi ke Pasar Baru Koto apabila sarana dan prasarana pendukung belum disediakan oleh pihak Pemda Kota. Menurutnya, sarana dan prasarana pendukung merupakan syarat utama untuk kepindahan mereka ke pasar tersebut secara damai. \"Kalau mobil angkutan umum sudah banyak yang bisa masuk ke jalan itu, perbaikan pasar juga sudah dilakukan dan sarana-sarana lainnya sudah disiapkan, kami siap pindah. Tidak ada masalah. Tapi sebelum itu, kami juga akan berupaya untuk menertibkan Pasar Subuh ini terlebih dahulu,\" bebernya.   Salah seorang koordinator lainnya, Hesti (46), menyampaikan bahwa konsolidasi mereka ini bertujuan untuk menertibkan jadwal berjualan. Dalam orasinya, Hesti menyesalkan bila kondisi pedagang saat ini semakin susah diatur. Dengan adanya konsolidasi ini, Hesti mengharapkan para pedagang dapat menemukan kata sepakat untuk mengkoreksi kembali jadwal berjualan mereka.   \"Silakan lihat sendiri, sampai jam 10 ini masih ada yang jualan. Dan sampahnya berserakan dimana-mana. Kondisi ini tentu menjadi alasan bagi pemerintah nanti untuk melaksanakan penggusuran. Kita tidak menginginkan hal itu sampai terjadi. Makanya kita berkumpul untuk saling mengingatkan kembali komitmen kita,\" tukas perempuan yang sehari-hari menjual daging ayam di Pasar Subuh ini.   Hesti juga menyayangkan sikap para pedagang baru yang membuka lokasi jualannya hingga meluber ke badan Jalan Soeprapto. Menurutnya, perbuatan itu secara telak memacetkan jalan protokol tersebut ditengah kepadatan lalu lintas di pagi hari.   \"Silahkan sadari sendiri akibat perbuatan kita kalau membuka jualan sampai ke Jalan Soeprapto. Bukan Pemda Kota yang akan menggusur kita. Bisa-bisa masyarakat banyak yang akan mengusir kita dari sini,\" himbaunya.   Konsolidasi ini berlangsung hingga sekitar pukul 10.30 WIB. Usai konsolidasi, para PKL kemudian berinisiatif untuk membersihkan badan jalan dari sampah-sampah yang berserakan. Mereka juga mengimbau agar hasil dari konsolidasi disampaikan kepada para PKL yang tidak ikut dalam konsolidasi tersebut. (009)
Tags :
Kategori :

Terkait