Belajar Berterima Kasih

Jumat 10-08-2012,16:03 WIB
Reporter : redaksi
Editor : redaksi

HM Syamlan

Sesunguhnya manusia adalah makhluk Allah yang paling banyak menerima nikmat. Tapi, manusia pula yang banyak ingkar kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diberikan. Manusia memang pandai berhitung, namun tak banyak yang pandai bersyukur. Manusia sering lebih banyak mengeluh, merasa kurang, dan meremehkan karunia Allah. Sudah begitu, manusia kalau mendapat nikmat sering berfoya-foya. Dan, menggunakan nikmat itu bukan untuk kebaikan tetapi untuk keburukan. Di samping manusia seringkali lupa dengan sang pemberi nikmat, yaitu Allah. Allah berfiman: \"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Tetapi, amat sedikitlah kamu bersyukur.\" (Al-A\'raf: 10) Karena itulah Allah mewajibkan puasa. Dengan berpuasa, manusia agar belajar bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya. Orang yang berpuasa, saat menunggu berbuka, merasakan betul ternyata betapa berharganya nilai air meski hanya satu gelas. Dan betapa susahnya andaikan air satu gelas itu tidak ada. Ketika itu, manusia betul-betul bisa menghayati besarnya karunia Allah. \"Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya (puasa itu) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.\" (Al-Baqarah: 185) Allah perlu mengajari manusia bersyukur, karena sikap syukur adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Syukur itu sangat positif dampaknya. Untuk manusia itu sendiri. Orang yang pandai bersyukur, niscaya hidupnya bahagia. Dan nikmat selalu mengalir kepadanya, serta mengangkat derajat kehidupannya. Sebaliknya, orang yang tak bisa bersyukur dan tak tahu terima kasih, pastilah menjadi hina. Rata-rata orang itu terdampar dalam kehinaan, dililit pelbagai kesulitan dan akhirnya kehancuran, adalah karena tak bisa bersyukur dan tak tahu terima kasih. Orang yang tinggi hati memang menyangka bahwa rasa syukur itu tidak hebat dan sikap terima kasih adalah rendah. Dan, itulah bisikan syetan yang sangat menipu sehingga banyak manusia yang terperangkap. Namun, dengan puasa tipu daya syetan itu tersingkap dengan jelas.Karena itu maka puasa adalah moment yang sangat baik bagi kita belajar bersyukur dan bisa berterima kasih. Membersihkan segala ego dan kesombongan diri. \"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih\". (Ibrahim: 7).(**)

Tags :
Kategori :

Terkait