BENGKULUEKSPRESS.COM - Ahli artificial intelligence atau AI, Geoffrey Hinton menyatakan mundur dari Google. “Godfather AI” Google itu mengatakan khawatir teknologi AI generatif Google dapat menimbulkan kekacauan informasi yang berbahaya buat dunia.
Berdasarkan informasi dari Engadget, Geoffrey Hinton sang ahli AI mengungkapkan kepada The New York Times bahwa dia telah mengundurkan diri sebagai VP Google pada bulan April agar bisa bebas untuk memperingatkan tentang risiko bahaya teknologi AI.
BACA JUGA:Begini Cara Top Up Game dengan Harga lebih Murah
Dia khawatir ketika Google merilis teknologi AI yang bisa mengubah teks ke gambar sebagai upaya bersaing dengan para pesaingnya, akan menimbulkan berbagai masalah etika.
Sebelumnya, Goolge juga telah meluncurkan generator video bertenaga AI, bernama Phenaki, yang memudahkan untuk membuat video berdasarkan data yang dimasukkan.
Selain itu, Hinton juga khawatir AI generatif dapat menyebabkan gelombang informasi yang salah dalam waktu dekat, dan menggantikan beberapa profesi hingga menghilangkan pekerjaan.
BACA JUGA:Begini Cara Memulai Google Meet di HP dan PC-mu!
Ke depannya, ilmuwan ini prihatin tentang kemungkinan pembuatan senjata yang sepenuhnya dikendalikan AI dan kecenderungan model AI untuk mempelajari perilaku aneh dari data pelatihan.
Meskipun beberapa masalah dan bahaya AI yang dikhawatirkan ini bersifat teoritis, tetapi yang ditakutkan adalah masalah semakin bertambah dan tidak dapat diatasi dengan regulasi, atau tanpa regulasi.
Hinton mengatakan bahwa dia sudah mulai khawatir sejak tahun lalu, ketika Google, OpenAI, dan perusahaan lainnya mulai menciptakan sistem AI yang dia yakini terkadang lebih baik dari kecerdasan manusia.
BACA JUGA:Inilah Arti Warna-Warna di Google Maps untuk Mudahkan Mudik 2023
“AI telah berkembang pesat dalam 5 tahun terakhir, dan bisa jadi menakutkan dengan berkembangannya yang akan terjadi dalam 5 tahun ke depan,” ungkap Hinton.
Di sisi lain, kepala ilmuwan Google Jeff Dean mengatakan kepada Engadget bahwa perusahaan masih berdedikasi untuk tetap bertanggung jawab dan waspada terhadap risiko yang muncul.
Google baru-baru ini telah merilis versi kasar dari chatbot Bard pada bada bulan Maret menyusul dengan kabar bahwa perusahaan khawatir tentang ancaman kompetitif dari AI generatif. Di sisi lain, Google menolak membuat AI seperti Imagen yang berorientasi pada seni karena berpotensi menghasilkan konten yang melanggar hak cipta.
BACA JUGA:Harga dan Spesifikasi Mobil Presiden Jokowi yang Dipakai Meninjau Jalan Rusak di Lampung