BENGKULUEKSPRESS.COM - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) kembali menuai protes masyarakat.
Mantan Kades Rindu Hati, Kecamatan Taba Penanjung, Sultan Mukhlis SH bakal melaporkan RSUD Benteng ke pihak kepolisian.
Menurutnya, telah terjadi dugaan kelalaian atau keteledoran tim medis di RSUD Kabupaten Benteng hingga mengakibatkan bayinya lahir dalam kondisi meninggal dunia.
Diakui Sultan, kejadian berawal dari ia membawa sang istri, Siska Aprita (40) ke RSUD Kabupaten Benteng, pada pukul 22.10 WIB, Kamis (5/1) malam. Lantaran, sang istri yang sedang hamil tua mengalami sesak nafas sehingga menjalani rawat inap. Pada keesokan harinya, Jumat (6/1) malam, sang istri merasakan sakit perut dan muncul gejala akan melahirkan.
BACA JUGA:Beredar Kabar Siswa di Bengkulu Tengah Pecah Bola Mata Akibat Lato-lato, Begini Faktanya
BACA JUGA:Korupsi Dana Desa Rp 494 Juta di Bengkulu Tengah, Berpeluang Seret Tersangka Baru
Merasa panik, mantan Kades Rindu Hati ini segera meminta bantuan perawat yang bertugas untuk melakukan tindakan. Tak lama kemudian, 2 (dua) orang bidan datang dan mengajukan berbagai pertanyaan tentang riwayat kehamilan serta anak-anak yang telah dilahirkan.
Melihat sang istri terus berteriak, Sultan spontan menegur para bidan agar segera melakukan tindakan tanpa banyak bertanya. Sayangnya, para bidan yang seolah tak terima ditegur malah menjawab dengan cara yang tak sopan.
"Bidan yang ditegur seolah emosi. Mereka mengatakan 'Kalau memang tak mau ikut prosedur, bawa balik (pulang,red) istri bapak.' Mendengar ucapan bidan, emosi saya juga memuncak. Lalu, merekapun pergi dngan alasan mereka bertugas di ruang kebidanan," kata Sultan saat menceritakan apa yang dialaminya.
Sekitar pukul 04.00 WIB Sabtu pagi, kata Sultan, sang istri kembali berteriak histeris. Tak lama kemudian, dua orang pria tanpa mengenakan identitas yang mengaku dokter datang untuk menghampiri pasien.
BACA JUGA:Retribusi Parkir di Bengkulu Tengah Rp 52 Juta, Ini Respon Dishub
BACA JUGA:Hanya 35 Desa di Lebong Lunas Pajak, Selebihnya Nunggak, Faktornya ini?
Kehadiran dokter juga tanpa tindakan dengan alasan ingin konsultasi dahulu dengan dokter kandungan. Setelah 15 menit kemudian, datanglah 3 orang bidan untuk melakukan pemeriksaan dan membantu proses persalinan.
Namun, sangat disayangkan. Persalinan dilakukan di ruangan rawat inap dan menjadi tontotan pasien lainnya. Bukan dibawa ke ruangan bersalin yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang persalinan.
"Persalinan dibantu secara paksa. Perut istri saya ditekan secara paksa oleh bidan sehingga keluarlah anak (bayi) saya. Saya melihat semuanya dengan jelas. Dua orang dokter hanya berdiri dan melihat persalinan istri saya tanpa melakukan apa-apa," bebernya.