Tidak hanya persoalan ancaman bangsa, jemaah Thoriqoh Naqsabandiyah dibawah asuhan Buya Syekh Muhammad Rasyidsyah Fandy juga memastikan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tentunya dengan terjaganya nilai-nilai Pancasila, sebagai ideologi bangsa.
"Jemaah Thoriqoh Naqsabandiyah harus bisa memberikan contoh, bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kita sebagai orang Islam, maka harus beradap. Dulukan adab daripada ilmu. Kalau tidak beradab, maka akan jadi biadab. Semua itu dilakukan tidak lain, untuk ketentraman, kemakmuran dan keberhasilan kita semua," tutur Eddy.
Zikir yang dilakukan ini, menurut Eddy harus tetap dilakukan dan diamalkan. Tidak hanya bersama-sama, namun juga saat dalam kesendirian. Karena melalui kekuatan zikir, maka ketenangan hati akan terjadi.
"Zikir itu ketika duduk, berbaring, tegak dan terus menerus berzikir. Kenalkan hatimu untuk berzikir," sambung Eddy.
Ketua Panitia ZAN Dempo Xler SIP MAP mengatakan, ZAN itu harusnya dilakukan pada tahun 2024. Tapi atas petunjuk Buya Syekh Muhammad Rasyidsyah Fandy sebagai asuhan tertinggi Thoriqoh Naqsabandiyah, maka ZAN itu digelar pada 2022.
"Buya telah memberikan petujuk, atas ancaman persoalan bangsa. Juli sampai Agustus lalu, fakta itu terjadi. Pemerinta Pusat menyampaikan ancaman risesi 2023. Maka atas kondisi itu, para sufi turun untuk mendokan negeri. Agar negeri ini bisa menjadi Indonesia emas," tegas Dempo.
Menurut Dempo, jemaah perkumpulan pengajian ilmu tasawuf Thoriqoh Naqsabandiyah di Indonesia ini ada lebih 1 juta orang. Belasan ribu yang hadir ZAN, telah mewakili untuk mendokan bangsa.
"Thoriqoh Naqsabandiyah tidak akan pernah gentar untuk menjaga keutuhan NKRI. Tidak ada yang bisa merobohkan pancasila. Maka dari Bengkulu, menjadi awal kebangkitan Indonesia emas 2030," tutup Dempo.(Suary).