Intip Koleksi Wayang Kulit dari Luar Pulau Jawa di Museum Wayang

Selasa 12-07-2022,14:16 WIB
Editor : Rajman Azhar

Museum Wayang ini tidak hanya menampilkan wayang, patung, lukisan melainkan terdapat berbagai kegiatan, kegiatan ini tidak hanya melihat pameran wayang saja tetapi ada pelatihan (workshop) wayang janur yang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp15.000. Setelah itu setiap hari minggu terdapat kegiatan pagelaran wayang yang berada di dalam museum dan tidak dikenakan biaya tambahan. Museum ini juga menggelar pagelaran publik semalam suntuk ke wilayah-wilayah.

Sejumlah pengunjung mengantre masuk di Museum Wayang, Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat (8/7/2022). (ANTARA/Ulfa Jainita). (Ulfa Jainita)

Sejarah Bangunan Museum Wayang

Seorang pemandu dengan mengenakan setelan berwarna cokelat, dilengkapi dengan bordir logo Museum Wayang di sisi kiri saku atas bajunya menyatakan bahwa beliau pemandu museum ini sejak tahun 2015. Tidak lupa beliau mengenakan tanda pengenal yang menempel di seragamnya bertuliskan nama Irfan Yulianda. Lalu Irfan menceritakan awal mula museum ini terbentuk.

Awal mula bangunan ini dibangun menjadi sebuah gereja bernama “de Oude Holandsche Kerk” pada tahun 1640. Lalu pada tahun 1732, Gedung diperbaiki dan diganti nama menjadi “de Nieuw Holandsche Kerk” bangunan ini pernah hancur total akibat bencana gempa bumi. Kemudian tahun 1939 gedung ini dijadikan museum pada tahun 1939 dengan nama "Oude Bataviasche Museum" oleh "Stichting Oud Batavia" atau Lembaga Batavia Lama. Setelah Indonesia merdeka, tahun 1954 gedung diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia.

Lalu, gedung ini diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 1962. Tahun 1970 digunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat. Kemudian museum ini diresmikan menjadi Museum Wayang pada tanggal 13 Agustus 1975 yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu bapak Ali Sadikin.

Alasan pemilihan menjadi Museum Wayang karena memang untuk melestarikan budaya wayang yang merupakan budaya asli Indonesia.

Museum ini bekerja sama dengan Suku Dinas (Sudin) kependidikan Jakarta “Wajib kunjung museum”. Dengan kerja sama ini membuat anak sekolah berbondong-bondong untuk mengunjungi tempat ini.

Harapan pemandu semoga antusias masyarakat meningkat dengan mengunjungi tempat-tempat budaya, memiliki seni serta sejarah di Museum Wayang sehingga dapat melestarikan budaya Indonesia.

Di sisi pengunjung mengaku sebagai penikmat sejarah bernama Diah yang mengenakan baju hitam ditemani dengan saudaranya datang langsung dari Medan, Sumatera Utara. Sambil menunggu waktu keberangkatan bis menuju Yogyakarta tiba, mereka mengisi waktu luang dengan mendatangi Museum Wayang ini yang menurutnya banyak memiliki nilai-nilai seni dan sejarah.

“Baru pertama kali ke museum ini, dan sangat kagum dengan isi yang ada di dalam,” kata pengunjung Diah Syafitri Chan (22).

Ia berkata penjelasan yang ada di museum ini sangat jelas dan mudah dimengerti sehingga baginya sebagai penikmat atau pecinta sejarah mendapatkan informasi baru. Diah juga berharap banyak tempat-tempat seperti ini di Indonesia karena generasi milenial perlu tahu keanekaragaman budaya Indonesia.

“Saya berharap banyak tempat-tempat yang memberi edukasi seperti museum ini,” lanjutnya.

Dengan juga menambahkan lagi koleksi-koleksi wayang yang dipamerkan dari berbagai penjuru wilayah. Selain Diah, salah satu pengunjung lainnya bertutur.

“Baru tau ternyata wayang bukan hanya berasal dari pulau Jawa,” tutur pengunjung lainnya bernama Fuja Maulidia (20).

Ia melanjutkan setelah saya mengelilingi museum ini, banyak sekali informasi yang didapatkan. Fuja menjadi tahu bahwasanya wayang kulit itu bukan hanya dari pulau Jawa, melainkan ada yang berasal dari Sumatera yaitu Palembang, Lombok, Bali, Kalimantan tepatnya Banjarmasin hingga dari Mancanegara.

Tags : #antara
Kategori :