Yang Dipuji dan Dibenci

Kamis 07-03-2013,12:55 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Rakyat Venezuela berduka. Presiden mereka, Hugo Chavez dinyatakan telah meninggal dunia. Hal ini seperti diumumkan oleh wakil presiden Nicolas Maduro pada Selasa (5/3) sore  waktu setempat. Pengumuman ini sekaligus menjawab teka-teki yang berkembang seputar kondisi terakhir presiden kelahiran Sabaneta, 28 Juli 1954 itu.

Seperti diketahui Chavez didiagnosa menderita kangker sejak 2011 lalu. Presiden yang tegas menjadi penentang Amerika Serikat ini kemudian menjalani proses pengobatan termasuk melakukan operasi di Kuba bulan lalu.

Selepas operasi ini Chavez jarang tampil di publik. Selasa pagi kondisi pria 58 tahun ini dikabarkan semakin memburuk dan memasuki masa-masa kritis yang diperparah oleh infeksi saluran pernapasan. Hal ini ditegaskan oleh pengumuman Maduro didampingi para petingi politik danmiliter setempat.

‘’(Chavez meninggal) setelah berjuang melawan penyakit yang sulit selama hampir dua tahun,’’ujarnya seperti dikutip dari BBC. Hugo Chavez  lahir di barat daya Venezuela pada tanggal 28 Juli 1954. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai guru dan Chavez lahir sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara.

Sebagai pemuda, terdaftar di akademi Militer Venezuela dan mencapai pangkat letnan pada tahun 1975. Ia bergabung dengan korps angkatan udara dan naik pangkat menjadi seorang letnan kolonel.

Langkah pertamanya di dunia politik ketika ia mendirikan Gerakan Bolivarian Revolusioner, atau MBR-200, pada tahun 1982. Satu dekade kemudian, pada tanggal 4 Februari 1992, ia memimpin pemberontakan militer yang gagal terhadap Presiden Carlos Andres Perez. Saat itu dia muncul pertama kali dengan pernyataannya yang mengejutkan dunia.

\"Saudara sebangsa, sayangnya tujuan kita tidak tercapai di Ibukota,\" katanya kala itu. \"Artinya, kita di sini di Caracas tidak berhasil memperoleh kekuasaan. Tapi anda dapat melakukannya dengan sangat baik di luar sana,. Tapi sekarang saatnya untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut,\" tambahnya.

Akibat pemberontakan tersebut, Chavez dipenjara dua tahun sebelum akhirnya Presiden Rafael Caldera memberikan pengampunan atau amnesti padanya. Chavez kemudian melanjutkan langkah politiknya dengan membentuk partai baru bernama Partai Republik yang membawanya pada kemenangan pertama sebagai Presiden pada tahun 1998. Saat pelantikan, Chavez dengan berapi-api berjanji akan memerangi korupsi dan kemiskinan.

Chavez menikah dua kali dan bercerai dua kali. Dia memiliki tiga anak dengan istri pertamanya, Nancy Colmenarez yakni Rosa Virginia, Maria Gabriela dan Hugo Rafael. Bertahun-tahun kemudian, ia menikah dengan Marisabel Rodriguez dan memiliki seorang putri , Rosa Ines. Dia bercerai lagi pada tahun 2003.

Pada tahun-tahun berikutnya, dengan kharismatik yang dimilikinya, Chavez membuat dirinya tampak menjadi calon tak terkalahkan. Ia memenangkan pemilihan ulang pada tahun 2000. Pada saat itu, Chavez menggambarkan kemenangannya sebagai pertempuran yang sempurna dan benar-benar demokratis. Dia pun bersumpah untuk \"menjadi presiden yang lebih baik setiap hari\".

Sebuah titik balik pemerintahan Chavez terjadi pada April 2002, ketika terjadi kudeta militer di kantornya. Namun dalam kurun waktu 48 jam, dengan bantuan militer yang setia padanya, Chavez kembali berkuasa. Sejak saat itulah pemerintahan Chavez sering mendapatkan tantangan dari internal pemerintahannya sendiri.

Sejak Desember 2002 hingga Februari 2003, mogok massal terjadi di Venezuela yang melumpuhkan ekonomi negara itu. Pada tahun 2004, kalangan oposisi berkumpul dan mencoba melakukan referendum menurunkan Chavez, namun usaha itu gagal dan Presiden dengan empat putri itu tetap memimpin.

Hubungan politik dengan Amerika Serikat kian memanas, ketika diketahui bahwa kudeta yang dilancarkan pada Chavez disetujui oleh Washington. Salah satu penghinaan yang mengejutkan dunia, ketika pada tahun 2006, Chavez dengan tanpa takut menyebut George W Bush, sebagai \"iblis\" saat berbicara dalam pertemuan tahunan PBB. Bahkan saat berpidato di podium usai Presiden AS berpidato, Chavez menyebut Bush telah meninggalkan bau sulfur atau bau \"iblis\".

Pada tahun 2007, Chavez mencicipi kekalahan untuk pertama kalinya, dalam sebuah referendum. Meskipun demikian, berkat Majelis Nasional yang ramah kepadanya, Chavez tetap bisa mengikuti pemilihan ulang. Pada tahun yang sama, Chavez membuat partai politik baru, yakni Partai Sosialis Bersatu Venezuela.

Musuh politik menuduhnya sebagai pemimpin yang otoriter, populis dan bahkan diktator karena telah mendorong konstitusi memutuskan pemilihan ulang tak terbatas. Namun lagi-lagi itu semua tidak memudarkan kharisma Chavez untuk kembali dipilih rakyatnya melalui Pemilu.

Sebagai presiden, dikenal sebagai Presiden yang paling anti Amerika. Ia selalu terdepan melahirkan kebijakan anti imperialis, anti Amerika Serikat dan anti kolonial. Bahkan dia menuduh negara Adidaya Amerika selalu berada di balik isu penggulingan dirinya.  Ia menyebut Presiden AS George W Bush sebagai \"Mr Danger\", dan menuduh Washington \"melawan teror dengan teror \" di Afghanistan. Bahkan pada tahun 2006, ia menjadi pemberitaan di seluruh dunia ketika menyebut George W Bush, sebagai \"iblis\" saat berbicara dalam pertemuan tahunan PBB.

Di tengah perjuangan Venezuela keluar dari krisis ekonomi, kepemimpinan Chavez sering digambarkan penuh dengan konspirasi dan korupsi. Namun semua itu tidak memalingkan kecintaan rakyat Venezuela untuk memilihnya kembali pada pemilu lalu.

Selain itu, Chavez terus memberikan subsidi minyak terbesar bagi warga negaranya. Sehingga Venezuela termasuk negara dengan harga BBM termurah di dunia, saat harga minyak dunia justru melambung tinggi. Chavez juga tak segan menginvestasikan jutaan dollar uang hasil bisnis minyak, ke negara-negara yang memiliki ideologi yang sama dengan Venezuela.

Dikutip dari laman CNN, Selasa (5/3), mantan pemimpin Kuba Fidel Castro menilai Chavez sejajar dengan pemimpin-pemimpin anti Amerika lainnya seperti Ahmadinejad dari Iran. Fidel Castro mengatakan, Kuba sangat kehilangan Chavez karena selama ini turut membuat perekonomian khususnya harga minyak terkendali baik. Disebutkan, belum ada sosok yang dinilai pantas untuk menggantikan presiden kelahiran Sabaneta, 28 Juli 1954 itu.(jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait