Oleh : Agustam Rachman/Pengamat Budaya
ASAL-USUL
Suku Haji (Aji) utamanya warga desa Kota Agung, Sukabumi, Karang Pandita, Sukarena, Surabaya, Kuripan (Kahuripan), Peninggiran, Tanjung Raya dan Sukarami mendiami wilayah eks Marga Haji Kabupaten OKU Selatan Propinsi Sumatera Selatan.
Sebagian ada juga berdiam di luar wilayah eks Marga Aji, misalnya berdiam di desa Lubar Kecamatan Simpang dan desa Rantau Panjang Kecamatan Muaradua OKU Selatan.
Suku ini populasinya terkecil di Kabupaten OKU Selatan (sensus BPS tahun 2019, populasinya di Kecamatan Buay Sandang Aji ditambah Kecamatan Tiga Dihaji hanya 28.092 jiwa dari total 361.085 jiwa penduduk OKU Selatan) artinya hanya 7,78 persen dari total populasi.
Tapi walaupun sukunya kecil dan mendiami wilayah subur dan luas, ada juga yang merantau jauh dan mendirikan desa Palas Aji Kecamatan Palas Lampung Selatan pada tahun 1800-an.
Jauh sebelumnya, sebagian ada yang pindah dan membangun desa Gunung Kuripan Kecamatan Semidang Aji serta desa Tanjung Raya yang merupakan cikal - bakal desa Luhuk Leban dan desa Penyandingan Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kabupaten Ogan Komering Ulu (wawancara dengan bapak Landau Kadirun Yusuf, tokoh masyarakat Penyandingan, 14-04-2022).
Sejarah suku ini erat kaitan dengan keruntuhan Majapahit pada abad 15 (https://www.kompas.com, 6 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit), dimana seorang kerabat raja Majapahit yang bernama Rakian Sakti atau Puyang Negara/Rangkiang Sakti bersama rombongannya berjalan ke arah barat pulau Jawa lalu menyeberang ke pulau Sumatera, mereka mendarat di Muara Sungsang (sekarang masuk Kabupaten Banyuasin).
Secara kebetulan mereka bertemu dengan tokoh yang bernama Ratu Aceh dan rombongannya.
Singkat cerita Ratu Aceh dan rombongannya bergabung dengan Rakian Sakti berjalan ke arah selatan mencari daerah yang subur untuk didiami.
Nama asli sosok Ratu Aceh tidak diketahui tapi penyebutan nama itu erat kaitannya dengan asal usulnya yang berasal dari Aceh.
MENDIRIKAN \" INDONESIA KECIL\"
Kuat dugaan desa yang pertama kali mereka dirikan adalah Desa Kuripan, mengingat desa ini awalnya bernama Kahuripan (bahasa Jawa yang bermakna Kehidupan dan diharapkan sebagai cikal bakal perkembangan Suku Haji).
Hal ini diperkuat pula dengan keberadaan makam para leluhur yang masuk generasi awal ada di desa Kuripan, misalnya makam Rakian Sakti, Pagaruyung dan Ratu Aceh.
Tentang sosok Pagaruyung ini
walaupun bukan satu generasi dengan Rakian Sakti tapi dipercaya kedatangannya bersama rombongan dari tanah Minang ke Tanah Haji berdekatan jaraknya dengan kedatangan rombongan Rakian Sakti.
Bukti-bukti arkeologis bahwa Suku Haji (Aji) sebagian berasal dari Jawa masih dapat dilihat sampai saat ini misalnya nama-nama tempat ada yang disebut Trowulan dan Surodadi sekitar 30 Km dari desa Kuripan. Seperti kita ketahui Trowulan di Jawa Timur merupakan bekas Ibu Kota Majapahit.
Dari sisi bahasa, banyak kosa kata bahasa Jawa yang dipakai suku Haji misalnya Lenga (minyak), Pawon (dapur) dan Pegat (putus), purik (jengkel) ada juga kosa kata Minang misalnya istilah Silek (Menghindar).
Tentu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Tanah Haji dan masyarakatnya adalah \"Potret Indonesia Kecil\" karena masyarakatnya berasal dari bermacam suku dan sudah hidup toleran sejak dulu.
ISLAM DI TANAH HAJI
Waktu penulis masih kecil, pernah mendengar cerita bahwa nama Suku Haji/Aji diambil dari kisah Rakian Sakti yang pernah pergi ke Mekkah dan pulangnya membawa segenggam tanah dari Mekkah, kemudian tanah segenggam itu ditanam di tanah Haji/Aji.
Tapi cerita itu tidak cukup kuat, sebab jika benar Rakian Sakti pernah ke Mekkah menunaikan ibadah Haji maka biasanya akan berpredikat sebagai ulama karena pengetahuan agamanya akan bertambah, biasanya akan berganti nama dengan nama berbau Islam dan akan mendirikan mesjid sebagai sarana dakwah. Tapi sampai saat ini tidak ada situs bekas mesjid peninggalan era Rakian Sakti.
Namun demikian, bukan berarti Rakian Sakti dan rombongannya bukan pemeluk Islam, tapi pengaruh Islam terhadap suku ini terjadi setelah Rakian Sakti mendiami wilayah tanah Haji mengingat perkembangan Islam di Sumatera
Selatan sudah dimulai sejak abad 7 M. Apalagi diduga, peran Ratu Aceh sekalipun bukan sosok ulama tapi sudah memeluk Islam yang ikut mempengaruhi keyakinan Rakian Sakti dan rombongannya.
Namun ke-Islaman suku Haji dimasa awal bukan Islam murni. Sebab sekalipun memeluk Islam tapi masyarakat saat itu masih terpengaruh kepercayaan agama lama (Hindu-Budha).
Sampai sekarang benda yang disebut \'Gedah\' masih tersimpan di desa Kuripan. Benda yang berbentuk gelas itu dulu dipercaya sebagai tempat Rakian Sakti menjalani Silam (Silam sama dengan Moksa dalam ajaran Hindu dan Budha yaitu menghilang menuju surga/nirwana).
Lama-kelamaan Islam semakin menyebar dan dianut oleh seluruh masyarakat suku Haji. Disetiap desa dibangun mesjid, bahkan warganya ada yang berangkat ke tanah suci Mekkah,oya diyakini bahwa orang yang pertama kali menunaikan rukun Islam ke 5 itu adalah Zainal Abidin (Kakek Prof. Sulthon Syahrir, Dosen UIN Raden Intan Lampung) dari desa Kuripan yang berangkat tahun 1921.
Geliat kehidupan beragama (Islam) semakin terlihat pada awal tahun 1940-an setelah kembalinya para pemuda suku Haji yang dikirim sekolah agama ke beberapa sekolah misalnya ke desa Gedung Wani, Martapura OKU Timur, Palembang dan Saka Tiga Ogan Ilir. Para pemuda itu antara lain Ria Berkat dari Karang Pendeta, Kader dari Sukarena, Penghulu Bahtiar, Jimat dan Agustam Radin Priyayi dari Kuripan. Disusul tahun 1950-an kemudian banyak generasi lebih muda, seperti Penghulu Hasan Kuripan yang sekolah agama ke Saka Tiga (wawancara dengan bapak Abdurrachman Radin Kesuma Muaradua, 14-04-2022).
Bahkan saat ini berkat gotong-royong masyarakat suku Haji, sudah berdiri pesantren modern Al Ittifaqiah Kampus Kuripan Tiga Dihaji (https://ittifaqiah.ac.id, Bupati OKUS resmikan kampus cabang Kuripan).
Lantas darimana nama Haji/Aji itu? Penulis lebih cenderung nama Haji berasal dari kata Aji yang artinya \"Nilai/Bernilai\" (Kamus Bahasa Suku Haji-Bahasa Indonesia, Relawan Ungu, 2006). Mungkin diharapkan nama Aji yang berarti Bernilai itu akan membuat anak-keturunan Rakian Sakti menjadi Bernilai dan bermanfaat bagi orang lain.SEMOGA...