Senada dengan yang disampaikan Ayyub, Wandri penjaga fotokopi Dikma juga merasakan penurunan pendapatan sejak pintu gerbang Unib belakang tidak bisa dilewati untuk jalur keluar. Namun ia tidak bisa memperkirakan berapa penurunan omzet yang ia alami. Baik Ayyub maupun Wandri mereka berharap pihak universitas dapat membuka kembali gerbang Unib belakang sebagai pintu keluar atau kembali seperti semula.
Di sisi lain para mahasiswa pun mengeluhkan penggunaan sistem satu jalur ini. Menurut salah seorang mahasiswi Fakultas Hukum, Lisda, ada beberapa hal yang dikeluhkan mahasiswa, antara lain biaya konsumsi bahan bakar minyak mereka akan semakin tinggi, pasalnya mereka harus berputar, jika mahasiswa yang kost di Unib depan, saat hendak masuk kampus mereka harus memutar ke Unib belakang terlebih dahulu meskipun gedung perkuliahan mereka ada di Unib depan, begitu juga sebaliknya untuk mahasiswa yang kost di Unib belakang akan terkendala saat hendak keluar karena harus mutar ke Unib depan.
\"Kalau diperkirakan penambahan biaya karena sering memutar. Saya belum bisa memastikan namun jika ada penambahan penggunaan minyak sudah pasti,\" terang Lisda.
Selain itu menurut Lisda keluhan lain terkait pemberlakuan satu pintu masuk dan keluar ini adalah saat mahasiswa yang sebagian besar kost di Unib belakang ketinggalan buku ataupun hendak fotocopi. Mereka justru lebih memilih memarkirkan motor di jalan di dalam kampus kemudian berjalan kaki keluar. Apa yang dikatakan Lisda tersebut juga diamini beberapa mahasiswa dan mahasiswi lainnya diantaranya adalah Nengsi dan Rina, mahasiswa semester VI MIPA Kimia. Jika mereka ingin makan, mereka lebih memlih parkir didekat pos Satpam Unib belakang.
\"Terganggu sih yang jelas saat kita hendak makan, kita terpaksa parkir didekat pos Satpam kemudian jalan kaki menuju warung makan,\" terang Rina.
Para mahasiswa pun berharap agar pemberlakuan satu pintu ini dibatalkan dan diberlakukan sebagaimana biasanya. Akibat dari pemberlakuan sistem satu pintu ini banyak mahasiswa yang nekat mencari jalan keluar lain salah satunya yaitu memanfaatkan tembok disamping gedung bersama 3, yang saat ini masih bolong sehingga mereka berusaha untuk keluar menggunakan motor melalui celah tembok tersebut.
Sementara itu, penerapan satu pintu ini justru disambut sebagian mahasiswa yang berjalan kaki. Menurut mereka, mereka lebih nyaman karena kendaraan tidak terlalu banyak lalu lalang seperti dulu. Namun mereka tetap kasihan dengan rekan mereka yang menggunakan kendaraan bermotor. \"Untuk kita yang berjalan kaki tidak terlalu berpengaruh, namun kita kasihan untuk teman-teman yang menggunakan kendaraan bermotor. Dan kita berharap agar bisa kembali seperti semula,\" ujar salah seorang mahasiswa, Yuda. (251)