Masa Kecil Ichwan Yunus Di Kampung Halaman (Bagian 5)
Minggu 24-02-2013,11:13 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar
Memasang Bubu, Dapat Ular Piton
Sebagaimana lazimnya masyarakat tani pedesaan pada saat itu, rata-rata anak-anak usia sekolah kehilangan waktu bermainnya. Bukan berarti tidak ada sama sekali, tapi porsi waktu untuk bermain di luar jam belajar dikelas sangat sedikit.
Biasanya sepulang sekolah anak-anak diharuskan membantu pekerjaan orang tua sesuai dengan kemampuannya. Begitulah setiap hari sepulang dari sekolah, pekerjaan sudah menanti. Bahkan tidak jarang pula anak yang sekolah sambil membawa jualan, ada pula yang sekolah sambil menggembala.
Demikian pula Ichwan kecil, hampir seluruh pekerjaan orang tuanya sudah pernah dikerjakannya. Sekolah, bermain dan membantu pekerjaan orang tua adalah aktivitas sehari-harinya. Di luar itu, sebenarnya ada aktivitas lain yang juga menyita waktu keseharian Ichwan, ia gemar mengikuti dan mengerjakan pekerjaan yang sepantasnya dikerjakan oleh orang-orang yang sudah berusia remaja atau dewasa. Ia ikut mencari ikan dengan memancing, masang bubu, menjaring atau menjala. Kadang juga memikat burung dengan getah atau perangkap lainnya, semuanya pernah dijalani oleh Ichwan.
Namun semua pekerjaan itu tidak pernah membuahkan hasil yang memuaskan bagi Ichwan sebagaimana kawan-kawannya. Setiap mencari ikan apapun alatnya Ichwan sudah dipastikan mendapatkan hasil yang paling sedikit dibanding kawan-kawannya. Kalau kawan-kawannya mendapatkan paling sedikit 10 ekor, maka Ichwan paling banyak hanya mendapatkan 2 sampai 3 ekor ikan.
Pernah suatu saat cuaca mendung pertanda akan turun hujan, biasanya keadaan ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari ikan dengan memasang bubu, karena jika turun hujan dimalam hari ikan akan mencari makan atau berlindung di dalam bubu tersebut. Ichwan lantas mempersiapkan beberapa buah bubu untuk dipasang umpan di dalamnya dan di bagian kepala bubu ditutup rapat.
Kemudian Ichwan mengikuti orang-orang yang sudah dewasa memasuki hutan, mencari rawa yang digenangi air dan diyakini di sekitar itu banyak terdapat ikan, terutama ikan lele, untuk memasang bubu di sana. Keesokan harinya mereka bersama-sama menjenguk bubu tersebut, wal hasil kawan-kawannya mendapatkan ikan banyak, dan Ichwan sendiri pada mulanya merasa senang, gembira seraya jantungnya berdebar-debar, karena begitu bubunya diangkat terasa sangat berat.
Namun betapa kaget dan kecewanya Ichwan setelah mengetahui bubunya yang dirasakan berat tadi itu hanyalah ular piton yang cukup besar, Seekor pun tidak terdapat ikan di dalamnya. Kekecewaan Ichwan bertambah setelah mendapatkan penjelasan dari kawan-kawannya bahwa sebenarnya justru bubu-nyalah yang paling banyak ikannya sehingga dimasuki ular dan memangsa ikan-ikan yang ada dalam bubu tersebut.
Begitu pula ketika musim padi di sawah, tatkala padi mulai menguning biasanya banyak burung pipit terbang hinggap kesana kemari memakan buah padi. Kebiasaan jenis burung yang hidup mengelompok dalam jumlah yang besar, bisa mencapai ratusan bahkan ribuan ekor perkelompok. Burung terbang dan hinggap bersama secara teratur seperti dikomando oleh pimpinan kelompoknya memperlihatkan pemandangan yang unik dan menarik. Sekali pun burung ini sangat kecil, tapi karena jumlahnya sangat banyak, maka ia tetap merupakan hama padi yang serius bisa mengakibatkan gagal panen bagi petani, jika tidak ditangani secara serius pula.
Kesempatan ini biasanya tidak disia-siakan oleh Ichwan untuk menangkap burung pipit dengan peralatan tradisional seadanya, biasanya menggunakan getah. Penangkapan burung-burung ini memang dianjurkan oleh orang tua mereka, karena di samping untuk binatang peliharaan dan bisa juga dikonsumsi, sekaligus juga sebagai upaya mengurangi hama buah padi.
Secara tehnis, Ichwan sudah melakukan apa saja yang harus dilakukan sebagaimana orang lain dalam upaya penangkapan ini, namun selalu memperoleh hasil yang tidak memuaskan. jika kawan-kawannya biasanya mendapatkan burung 30 sampai 50 ekor setiap harinya, maka Ichwan hanya mendapatkan 3 sampai 5 ekor, bahkan tidak jarang nihil sama sekali.(bersambung)
Tags :
Kategori :