Terlebih ketika Fatmawati mengenal sosok Ir. Soekarno yang pada saat itu merupakan gurunya. Ir. Soekarno pun sangat mengagumi akan pola fikir yang dimiliki gadis cantik tersebut. Di umurnya 15 tahun, Fatmawati mampu diajak berdiskusi filsafat islam, hukum-hukum islam, bahkan masalah gender dalam pandangan islam. (CindyAdams,1966:185-198).
Karena jiwa semangat dan ketajaman berpikir terhadap ajaran agama Islam yang telah menempanya, serta ketajaman menyikapi fenomena sosio kulturalnya, beliau mampu mengoperasionalisasikan fungsi rasionalitasnya sebagai pengendali dari unsur-unsur emosi yang selalu merangsang dalam setiap detik kehidupan manusia.
Siapa sangka, sosok tersebut menjadi kembang di masa remajanya. Tumbuh di tengah keluarga terpandang dan pribadi yang sangat menarik membuat semua mata melihat sosok gadis bengkulu bahkan menjadi buah bibir teman, masyarakat, bahkan Ir. Soekarno sebagai guru yang juga menjadi rekan diskusi beliau.
Dipersunting Soekarno 1 Juni 1943 menjadi sejarah dalam hidup Fatmawati. Gadis nan cantik ini resmi dipersunting oleh Ir.Soekarno ditengah perjuangan api revolusi. Tapi ada yang menarik dibalik perjuangan Ir.Soekarno untuk mendapatkan hati Fatmawati.
Tidak mudah untuk seorang Fatmawati menerima keinginan Ir.Soekarno untuk memperistrinya.Penolakan mendasar serta alasan rasa empathy terhadap kaum feminis membuat jiwanya matang untuk menolak tradisi yang bernama poligami. Bagi beliau poligami dianggap sangat tidak menguntungkan bagi kedudukan dan peranan wanita dalam kehidupan sosialnya.
Bahkan kalau boleh dibilang,sebelum lahirnya Undang-Undang Perkawinan maupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia khususnya, bagi pegawai negeri, seorang Fatmawati telah mendahului masanya dengan tekad, sikap, dan Prinsip anti Poligami.
Gejolak yang muncul didirinya membuat nya berfikir kritis akan prinsip dan keinginan hatinya yang juga jatuh hati kepada Ir.Soekarno .Namun dengan keyakinan yang dimilikinya, akhirnya Fatmawati menerima pinangan Bung Karno.
Setelah resmi menjadi istri Ir.Soekarno, Fatmawati pun pindah ke Jakarta dengan tujuan bukan hanya menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, tapi beliau ingin menggapai mimpi yang sudah beliau buat yaitu aktif bergabung dengan tokoh Nasional lainnya untuk membela Negara Republik Indonesia.
Ir.Soekarno yang akrab disapa Bung Karno ini, tak sungkan meminta pendapat kepada istrinya dalam mengambil langkah-langkah atau keputusan mengenai perjuangannya selaku pemimpin pejuang rakyat Indonesia. Daya fikir diluar batas yang dimiliki Fatmawati sudah disadari dari awal oleh Bung Karno.
Banyak peran Fatmawati didalam kegiatan kenegaraan Republik Indonesia pada masa itu, salah satunya ketika perjuangan rakyat Indonesia telah sampai di titik kulminasi. Dimana masa masyarakat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56, Jakarta oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. (151)