JAKARTA, bengkuluekspress.com - Harimau di Sumatera Selatan (Sumsel) bertindak agresif menyerang manusia hingga menyebabkan 4 orang tewas selama Desember ini. LIPI mempunyai analisis sendiri tentang kemungkinan pemicu harimau di Sumsel jadi agresif. Peneliti mamalia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Gono Semiadi mengatakan harimau sejatinya menjauh dari manusia. Namun, ada beberapa faktor yang bisa memicu harimau menyerang manusia.
\"Kebanyakan pihak menganalogikan turunnya harimau adalah karena keterbatasan pemangsa, adanya persaingan wilayah antara kelompok dewasa dan yang akan masuk dewasa dan mulai terganggunya habitat harimau karena arus lalu lintas manusia dengan segala aktifitasnya yang semakin masuk ke wilayah jelajah harimau,\" ucap Gono, Sabtu (28/12).
\"Menghubungkan perubahan cuaca dengan turunnya harimau agak sulit dijelaskan. Sebab sepengetahuan saya kasus seperti ini tidak selalu terjadi di setiap perubahan iklim,\" sambungnya. Gono juga mengatakan selama ini harimau menyerang manusia karena sudah sangat lapar. Dia pun menyarankan agar warga yang beraktivitas di hutan tidak pergi sendirian. \"Kejadian yang terjadi selama ini, agresif menyerang manusia ada kecenderungan karena sudah lapar banget karena sejatinya harimau menjauh dari manusia,\" ujarnya.
Dia menyarankan agar orang-orang yang beraktivitas di hutan mulai meningkatkan ketajaman penciuman. Gono menyebut harimau memiliki bau khas meski masih terjadi perdebatan soal hal ini. \"Ada saran \'ketajaman\' penciuman manusia mulai ditingkatkan sebab ada yang menyampaikan sedikit banyak bau harimau \'khas\' di luar bau suatu kondisi hutan yang hijau dengan \'aroma khasnya humus\'. Tetapi ini masih diperdebatkan. Ketika melewati wilayah persemakan harus lebih waspada,\" sebut Gono.
Gono berharap ada pemetaan wilayah konflik harimau dan manusia. Pemetaan dinilainya bisa membuat penyebab terjadinya serangan harimau ke manusia bisa terjawab lebih jelas. \"Kajian spasial aktivitas manusia dan harimau harus dipetakan sesegera mungkin pada wilayah konflik, sehingga ada suatu tahapan analisis awal yang dapat dilakukan dengan tidak terlalu banyak \'berandai-andai\'. Teman-teman NGO yang banyak mencermati populasi harimau saya rasa juga akan sangat hati-hati untuk mejawab pasti apa penyebabnya,\" ucap Gono.
Selama Desember 2019, setidaknya ada 4 warga di Sumsel yang tewas diserang harimau. Peristiwa pertama terjadi pada 5 Desember 2019 saat seorang petani di kawasan hutan lindung (HL) di daerah Pagaralam, Sumatera Selatan, tewas diterkam harimau Sumatera. Peristiwa kedua terjadi pada 12 Desember 2019. Korban merupakan warga Lahat bernama Mustadi (55) yang ditemukan tewas dengan luka di leher dan dada.
Serangan harimau terhadap manusia kembali terjadi di kawasan Lahat, Sumsel, pada 22 Desember 2019. Korban kali ini bernama, Suadi (60), yang diduga tewas diterkam harimau di Desa Pajar Bulan, Kecamatan Mulak Ulu. Terbaru, serangan harimau terjadi di Muaraenim, Sumsel pada 27 Desember 2019. Kali ini seorang wanita, Sulis (30), tewas diterkam harimau sumatera saat sedang mandi di pemandian umum.(dtk)